enhipain

jalan-jalan.


Segara tersenyum lebar begitu melihat Hazel keluar dari rumahnya mengenakan sweater bergambar beruang warna cream.

Hazel terlihat sangat imut jika memakai sweater bergambar beruang seperti sekarang ini.

“seatbeltnya udah dipake?” Segara menoleh ke arah Hazel yang saat ini sedang sibuk membenarkan tempat duduknya.

“udah, btw aku kaget deh tadi katanya kamu pake angkot”

“bercanda aku ayang, emangnya kamu mau apa naik angkot?”

“ya mau mau aja orang aku biasa pulang sekolah kalo uang sisa 2rb aku naik angkot”

Segara meletakan tangan kirinya di atas kepala Hazel untuk mengusak pelan surai kekasihnya.

“kenapa malah diberantakin sih” ucap Hazel sebal sembari membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

“kamu lucu banget”

“aku gak lagi ngelawak”

“hahaha, kita jalan ya”

“jangan jauh jauh, kamu belum punya SIM ntar kena tilang”

“jauh ah, aku mau bawa kamu ke seoul”

“gila ya!”

“seoulmedang”

“haha lucu banget kamu ega” ucap Hazel sembari memutar bola matanya.

Segara terkekeh lalu mulai menjalankan mobilnya. Tidak ada tujuan ingin kemana, Segara hanya ingin berduaan dengan kekasihnya malam ini.

“kita mau kemana sebenernya?” tanya Hazel.

“kemana ya bingung ega juga, muter-muter aja deh gapapa kan?”

“iya gapapa, tapi boleh berhenti dulu gak disini?”

Segara menarik rem tangannya, karena permintaan kekasihnya yang ingin berhenti di depan PKL yang berjejer di jalan dago. Ia menoleh ke arah Hazel. “mau beli apa hm?”

“aku mau pisang keju jabrig sama susu murni stoberi”

“ega yang beliin ya, ajel tunggu disini”

“eh gak usah, biar ajel aja”

“ajel tunggu disini aja gapapa biar ega yang keluar”

“yaudah”

Segara mencubit gemas pipi kekasihnya. “tunggu ya ayang”

Hazel mengangguk, menunggu pesanannya datang di dalam mobil milik kekasihnya sembari memainkan ponselnya.

drrt drrt.

Hazel sedikit terganggu dengan suara getaran dari ponsel Segara yang tertinggal di atas dashboard mobil.

Karena penasaran, Hazel melihat siapa yang mengirim pesan pada kekasihnya itu. Seketika moodnya langsung berubah.

“ini pisang jabrig sama susu murninya ayang”

Segara mengernyit saat melihat raut wajah Hazel yang berubah menjadi datar.

“hey, kenapa? bt ya? maaf ya kelamaan tadi agak ngantri jadinya-”

“aku mau pulang”

“loh? kenapa? dimakan dulu ayang pisang jabrignya”

“aku mau pulang”

“ahh.. oke”

Segara menjalankan mobilnya menuju rumah Hazel, ia sedikit bingung kenapa mood kekasihnya ini cepat sekali berubah.

“aku mau kasih kamu ini-”

“gak perlu” ucap Hazel sembari membanting pintu mobil Segara, membuat pria tinggi itu tersentak kaget.

Banyak teka-teki di dalam pikiran Segara saat ini, ada apa dengan Hazel?

jalan-jalan.


Segara tersenyum lebar begitu melihat Hazel keluar dari rumahnya mengenakan sweater bergambar beruang warna cream.

Hazel terlihat sangat imut jika memakai sweater bergambar beruang seperti sekarang ini.

“seatbeltnya udah dipake?” Segara menoleh ke arah Hazel yang saat ini sedang sibuk membenarkan tempat duduknya.

“udah, btw aku kaget deh tadi katanya kamu pake angkot”

“bercanda aku ayang, emangnya kamu mau apa naik angkot?”

“ya mau mau aja orang aku biasa pulang sekolah kalo uang sisa 2rb aku naik angkot”

Segara meletakan tangan kirinya di atas kepala Hazel untuk mengusak pelan surai kekasihnya.

“kenapa malah diberantakin sih” ucap Hazel sebal sembari membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

“kamu lucu banget”

“aku gak lagi ngelawak”

“hahaha, kita jalan ya”

“jangan jauh jauh, kamu belum punya SIM ntar kena tilang”

“jauh ah, aku mau bawa kamu ke seoul”

“gila ya!”

“seoulmedang”

“haha lucu banget kamu ega” ucap Hazel sembari memutar bola matanya.

Segara terkekeh lalu mulai menjalankan mobilnya. Tidak ada tujuan ingin kemana, Segara hanya ingin berduaan dengan kekasihnya malam ini.

“kita mau kemana sebenernya?” tanya Hazel.

“kemana ya bingung ega juga, muter-muter aja deh gapapa kan?”

“iya gapapa, tapi boleh berhenti dulu gak disini?”

Segara menarik rem tangannya, karena permintaan kekasihnya yang ingin berhenti di depan PKL yang berjejer di jalan dago. Ia menoleh ke arah Hazel. “mau beli apa hm?”

“aku mau pisang keju jabrig sama susu murni stoberi”

“ega yang beliin ya, ajel tunggu disini”

“eh gak usah, biar ajel aja”

“ajel tunggu disini aja gapapa biar ega yang keluar”

“yaudah”

Segara mencubit gemas pipi kekasihnya. “tunggu ya ayang”

Hazel mengangguk, menunggu pesanannya datang di dalam mobil milik kekasihnya sembari memainkan ponselnya.

drrt drrt.

Hazel sedikit terganggu dengan suara getaran dari ponsel Segara yang tertinggal di atas dashboard mobil.

Karena penasaran, Hazel melihat siapa yang mengirim pesan pada kekasihnya itu. Seketika moodnya langsung berubah.

“ini pisang jabrig sama susu murninya ayang”

Segara mengernyit saat melihat raut wajah Hazel yang berubah menjadi datar.

“hey, kenapa? bt ya? maaf ya kelamaan tadi agak ngantri jadinya-”

“aku mau pulang”

“loh? kenapa? dimakan dulu ayang pisang jabrignya”

“aku mau pulang”

“ahh.. oke”

Segara menjalankan mobilnya menuju rumah Hazel, ia sedikit bingung kenapa mood kekasihnya ini cepat sekali berubah.

“aku mau kasih kamu ini-”

“gak perlu” ucap Hazel sembari membanting pintu mobil Segara, membuat pria tinggi itu tersentak kaget.

Banyak teka-teki di dalam pikiran Segara saat ini, ada apa dengan Hazel?

Kenyataan.


Segara terbangun dari komanya, matanya sembab karena banyak mengeluarkan air mata.

“ega!”

Segara mengenali suara itu, suara teman-temannya dan juga suara ayahnya.

Tunggu.. Ayahnya?!

“ega kenapa nangis? mimpi apa?”

Segara menatap tajam ke arah seseorang yang bertanya itu, Hisyam.

“ngapain nanya-nanya? masih peduli?”

Hisyam mengernyit bingung, anaknya ini habis bermimpi apa sampai seketus itu padanya.

“gak sopan lo, bapak lo tuh”

“bukan bapak gue” ucap Segara mengejutkan semuanya.

“maksud kamu apa ega?”

“loh? anda sendiri yang bilang kalau saya bukan anak anda, anda mengadopsi saya dari panti asuhan buat dijodohkan dengan lily anak dari pengusaha kaya raya”

Segara mendengar gelak tawa dari teman-temannya, mengernyitkan dahi karena ia merasa bingung. Memang apa yang lucu?

Ia baru saja siuman dari komanya beberapa menit yang lalu namun Segara sudah dihadiahi satu sentilan pada dahinya.

“aduh sakit!”

“lagian ngomongnya ngelantur banget, abis mimpi apaan sih? ayah sakit hati loh ega bilang bukan anak ayah”

“loh? kan anda yang bilang sendiri saya bukan anak kandung anda gimana sih masa lupa”

“sia koma sebulan malah makin konstlet aja tuh otak” ucap Haikal membuat Segara semakin bingung.

“ayah gak tau apa yang ada di mimpi ega, tapi ayah cuma mau bilang kalo ega itu anak kandung ayah”

Segara terdiam, ayahnya tidak sedang bersandiwara kan? jelas-jelas ia sendiri yang mengatakan jika Segara bukan anak kandungnya. Dan ia juga yang sudah menyebabkan Segara kecelakaan.

“gue kecelakaan garagara apa sih?” tanya Segara pada Haikal.

“mobil lo nabrak pohon”

Benar, Segara ingat betul tentang mobilnya yang menabrak pohon.

“terus ayah loncat kan dari mobil makanya yang celaka cuma gue?”

Pertanyaan Segara membuat semua orang yang berada disana terdiam.

“kenapa diem?”

“lo nyetir sendiri ega, pas mau jemput ayah lo di kantor”

Hisyam tidak mengeluarkan suara lagi, hatinya sakit saat mendengar penuturan Segara yang tidak mau dianggap anak lagi olehnya.

Segara mengedarkan pandangan ke sekitar ruangan, mencari seseorang yang sangat ia rindukan.

“nyari siapa?”

“jarrel, mana jarrel?”

“hah? jarrel siapa?”

Segara mengernyit, sandiwara mereka ternyata keren juga.

“jarrel, pacar gue”

“ega sejak kapan punya pacar? kok gak dikenalin ke ayah?”

Segara terkejut, kenapa ayahnya bertanya seperti itu? Harusnya ia marah karena Segara baru saja mengenalkan papah tirinya sebagai pacarnya.

“udahan dong ektingnya, ekting kalian keren kok” ucap Segara putus asa.

“yang ekting daritadi kan sia monyet” balas Raka.

“sekali lagi gue tanya, jarrel mana?”

“gak tau, lo gak pernah ngenalin jarrel ke kita”

“sering anjir, jarrel itu papah tiri gue. kan nikah tuh sama bapak hisyam”

Hisyam terkejut dan dengan refleks memukul pelan kepala Segara. “hush! mana ada ayah nikah lagi”

“hah? ayah kan nikah lagi sama jarrel, anak cakep yang umurnya 5 tahun lebih muda dari ega”

Cubitan keras Segara terima di lengan kanannya. “aaaaa, ayah sakit!”

“lagian ngomongnya aneh banget, mana ada ayah nikah lagi. ayah gak minat buat nikah lagi ega, apalagi sama yang lebih muda aduhhh teuing ah lieur

“belegug da si ega mah”

“mimpi yang konyol”

Segara terdiam, berarti selama ini ia hanya bermimpi?

Sosok Jarrel yang selama ini ia cintai ternyata tidak ada?

Kabur.

TW // physical abuse, major character death.


Jarrel berjalan perlahan menuju pintu utama, menggunakan kesempatan kecil yang ia punya untuk kabur karena sekarang Hisyam sedang berada di kamar mandi.

Tangannya terangkat untuk membuka pintu, namun pergerakannya tertahan karena seseorang memegang tangannya dari belakang.

“mas?”

“mau kemana?”

“ke rumah sakit mas, ega kritis”

“gak boleh”

“kenapa mas? ega kritis, kita harus kesana”

“biarin aja, ntar juga mati”

Jarrel tersentak kaget mendengar ucapan yang keluar dari mulut suaminya itu.

“mas? kok ngomongnya gitu, ega anak kamu mas”

“ega bukan anak aku”

“mas?”

Tatapan mata Hisyam kini berubah menjadi tatapan tajam. Tangannya mencengkram erat lengan Jarrel, membuat pria mungil itu meringis kesakitan.

“m-mas, sakit”

“ke kamar sekarang”

“gak mau, aku mau ke rumah sakit”

“jarrel”

“lepasin aku mas, aku harus ketemu ega”

“biarin aja selingkuhan kamu itu mati” ucap Hisyam membuat Jarrel membolakan matanya.

“apaan sih mas”

“mas tau sayang, kamu sama ega pacaran kan di belakang mas”

Tangan besar itu terangkat, mengelus pelan helaian halus surai Jarrel. Detik berikutnya Hisyam menjambak rambut tersebut membuat pemiliknya sontak mengadah mengikuti sumber tarikan.

“mas, sakit!”

Jarrel meringis menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya, Hisyam malah semakin kuat menarik helaian halus surai Jarrel.

“sakit mas, lepasin!”

“mas bakal lepasin kalo kamu putusin ega”

Dada Jarrel naik turun, matanya menatap tajam Hisyam yang terlihat datar. Sepertinya pria tinggi itu sudah dipenuhi oleh amarah.

Hisyam mengendurkan jambakannya dan mengusap kembali surai halus Jarrel. “putusin ega ya sayang? kamu cuma punya aku, orang lain gak ada yang boleh milikin kamu”

Gelengan kecil yang diterima oleh Hisyam membuat amarahnya semakin memuncak.

“aku gak mau putusin ega, aku sayang ega”

“apa?”

“aku sayang ega”

“ngomong sekali lagi”

“aku sayang e-”

plak!

Dalam hitungan detik wajah Jarrel menoleh ke kanan, pipinya panas. Tamparan yang Hisyam berikan pastinya akan membekas di pipinya.

“ngomong sekali lagi!”

Jarrel terdiam, pipinya sangat sakit saat menerima tamparan keras yang ia terima secara tiba-tiba.

tok tok tok.

“kak jarrel?! kak jarrel di dalem?!”

Teriakan seseorang dari luar membuat Jarrel berlari ke arah pintu, namun sayang. Pergerakannya ditahan oleh Hisyam.

“RAKA, TOLONG AKU DI-”

Hisyam membungkam mulut Jarrel dengan tangannya, menarik pria mungil itu untuk menjauh dari pintu utama dan membawanya ke kamar.

“dobrak aja pintunya, kayaknya terjadi sesuatu di dalam sana” ucap salah satu polisi disana.

Raka dan Zidan mendobrak pintu itu bersamaan, sulit sekali untuk terbuka karena pintu itu sangat kuat.

Sementara di dalam kamar, tubuh Jarrel diseret paksa menuju ranjang. Mata Jarrel membulat kala dirinya berada di bawah kungkungan Hisyam, air mata mengalir dari ujung matanya.

“mas, biarin aku pergi mas”

Dapat dirasakan nafas hangat suaminya itu menerpa pipinya, mata itu menatapnya dengan santai tidak seperti Jarrel yang menatapnya ketakutan.

Dengan tak terduga Hisyam mencekik leher Jarrel sehingga pria yang berada di bawah kungkungannya itu susah untuk bernafas.

“m-mas”

“kalo mas gak bisa milikin kamu berarti ega juga gak boleh milikin kamu”

“uhuk! m-mas”

“kamu harus mati jarrel, biar gak ada yang bisa rebut kamu dari mas”

Hisyam tak melepaskan cengkramannya pada leher Jarrel, membuatnya semakin susah untuk bernafas. Jarrel sudah tidak kuat lagi untuk bertahan lebih lama sampai Raka menolongnya, kemudian ia memejamkan mata dan menghembuskan nafas terakhirnya.

The Truth.


Hisyam melangkah santai ke arah mobil Segara yang terparkir di depan lobby kantornya.

“ega pindah”

“hah?”

“ayah aja yang nyetir”

“ega aja, ayah pasti capek”

“ayah aja”

Segara mendengus, ayahnya ini sangat keras kepala tidak seperti dirinya. Ia mengalah, membiarkan Hisyam untuk menyetir.

Hening melanda di dalam mobil, Segara mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Berniat untuk membalas semua pesan yang dikirim oleh Jarrel.

“simpen hpnya ega, gak sopan”

Segara mengernyit saat tiba-tiba saja Hisyam menegurnya untuk tidak bermain ponsel di dalam mobil. Tidak ingin membuat ayahnya marah, Segara menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku. Mengabaikan pesan dari Jarrel, ia bisa balas nanti setelah sampai di rumah.

“gimana rasanya jarrel?”

Segara menatap bingung ke arah ayahnya yang sedang fokus menyetir, keningnya berkerut saat mendengar pertanyaan konyol yang keluar begitu saja dari mulut ayahnya.

“maksudnya?”

Hisyam terkekeh pelan. “jarrel enak ya?”

“ega gak ngerti”

“kalian berdua udah ngapain aja selain ciuman di kolam renang?”

Segara terkejut, jantungnya berdetak kencang saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut ayahnya.

“kaget ya? pasti kamu mikir, saya tau darimana”

Segara masih terdiam, tubuhnya membeku, lidahnya kelu, otaknya tidak bisa berfungsi sekarang. Ia tertangkap basah.

“anak buah saya sering kasih tau saya tentang hubungan kalian, awalnya saya gak terlalu mikirin itu. karena yang saya tau, kamu sangat membenci jarrel”

Hisyam menarik nafas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya.

“tapi lama kelamaaan saya jadi kepikiran, apalagi setelah liat kalian berpelukan di dapur. saya iseng buka rekaman cctv untuk melihat kegiatan apa saja yang kalian lakuin selama saya gak ada di rumah dan boom saya liat kalian berdua ciuman di kolam renang, so sweet”

Segara meneguk ludahnya kasar, ia baru ingat kalau taman belakang terpasang cctv.

“dan tadi, bi andin kasih tau saya kalo kamu masuk kamar jarrel, gimana rasanya jarrel? enak?”

“ega gak ngapa-ngapain sama jarrel di kamar”

“haha mana ada maling mau ngaku”

“sumpah demi tuhan, ega sama jarrel gak ngapa-ngapain di kamar. tadi jarrel nangis terus ega nenangin dia”

Hisyam terdiam sesaat sebelum berkata. “jarrel itu milik saya, kamu gak bisa rebut jarrel dari saya sampai kapan pun”

“enggak, ega gak ada niatan ngambil jarrel dari ayah”

“jangan panggil saya ayah, saya gak sudi”

“ayah? ega tau ega salah, tapi ayah jangan kayak gini ke ega”

Hisyam mempercepat laju mobilnya, emosinya sudah berada di ujung tanduk.

“ayah?”

“jangan panggil saya ayah! kamu bukan anak saya!”

“ayah.. ega minta maaf, kesalahan ega besar banget sama ayah tapi ega mohon jangan kayak gini, ega anak ayah”

“kamu memang bukan anak saya ega, saya mengadopsi kamu di panti asuhan saat kamu masih bayi”

Segara terkejut, ia memang sering bercanda dengan teman-teman kalau Segara bukan anak kandung Hisyam. Namun ia tak menyangka jika candaannya selama ini nyata.

“ayah bercanda ya?”

“saya gak bercanda, saya benar-benar mengadopsi kamu di panti asuhan karena saya dapat informasi kalau keluarga Nathawira melahirkan seorang bayi perempuan. saya mengadopsi kamu bukan tanpa alasan ega, saya mengadopsi kamu untuk saya jodohkan dengan anak dari keluarga Nathawira”

“kenapa?”

“kenapa hahahaha ya karena keluarga Nathawira itu keluarga kaya raya ega, jika saya menjodohkan kamu dengan lily kan saya nanti jadi terbawa kaya”

Segara mencoba menahan amarahnya dan menarik nafasnya dalam-dalam. Ia mencoba menyelesaikan semua ini dengan kepala dingin.

“kenapa harus adopsi ega? ay- anda kan pasti punya anak dari istri anda”

“saya tidak pernah menikah sebelumnya, saya baru menikah sekali dan itu dengan jarrel. pria manis yang sangat saya cintai”

Segara terdiam, semua kebenaran yang terlontar dari mulut Hisyam sangat mengejutkan dirinya.

“kamu itu udah saya adopsi, saya urus dari kecil sampe sebesar ini, saya kasih fasilitas apa saja yang kamu mau. tapi kamu malah pacarin suami saya hahaha dasar anak gak tau diri”

Segara mengepalkan tangannya, ia sudah tak bisa menahan amarahnya lagi. “turunin gue disini”

Hisyam tidak menjawab, ia malah semakin mempercepat laju mobilnya.

“TURUNIN GUE ANJING!” Teriaknya frustasi. Di saat itu juga, Hisyam membanting setirnya ke kiri. Terlalu tiba-tiba sehingga Segara tidak sempat untuk melompat keluar dari mobil seperti yang dilakukan oleh Hisyam sebelum mobilnya menabrak pohon dengan kecepatan penuh. Kaca depannya pecah, menggores kulit putih pucat Segara. Benturan keras di kepalanya membuat pria itu perlahan kehilangan kesadaran.

Sebelum memejamkan matanya, Segara tersenyum membayangkan betapa indahnya wajah Jarrel saat tersenyum ke arahnya, dan berharap akan bertemu lagi dengan pria yang sangat ia cintai jika ada kesempatan.

first time. little bit 🔞


Sudah setengah jam Jarrel masih setia pada posisinya, berdiri di hadapan sang suami yang sedang sibuk bermain ponsel di pinggir ranjang.

Jarrel mendengus kesal karena Hisyam mengabaikan dirinya, pria mungil itu juga terlalu takut untuk mengeluarkan suara.

Jarrel mengigit bibir bawahnya, tangannya memainkan ujung kaosnya. Ia sangat gelisah, Hisyam hanya diam tapi diamnya itu yang membuat Jarrel semakin gelisah. Ia tahu jelas, suaminya ini jika sedang marah, akan melakukan silent treatment padanya.

Hisyam jengah melihat Jarrel yang masih berdiri di hadapannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menarik tangan Jarrel hingga suami kecilnya itu terjatuh duduk diatas kedua pahanya.

Jarrel terkejut dengan pergerakan tiba-tiba yang dilalukan oleh Hisyam. Jantungnya berdetak dua kali lebih kencang saat berhadap-hadapan dengan suaminya sekarang.

“jelasin sekarang”

“huh?”

“jelasin yang tadi”

Jarrel menarik nafas panjang, berharap jika Hisyam akan percaya dengan kebohongannya.

“jadi tadi tuh aku lagi masak, terus tibatiba ega masuk dapur katanya laper. yaudah aku masakin juga, mas tau sendiri kan kalo ega itu anaknya kepoan?” tanya Jarrel, Hisyam mengangguk.

“nah, ega tibatiba nyamperin aku. dia kepo aku masak apaan, tapi karena dia anaknya ceroboh banget, dia kesandung”

“kesandung?”

“iya”

“kesandung kok posisinya kayak backhug?”

“mas cuma salah paham, ega nahan tangannya ke meja konter biar aku gak kedorong terus kena kompor. jadi seakan akan posisi kita kayak lagi backhug”

Hisyam mengangguk paham. Sebenarnya ia masih sedikit ragu dengan penjelasan yang sudah dilontarkan oleh suaminya itu, karena tadi jelas-jelas ia melihat kalau Segara memeluk Jarrel dari belakang.

Ketika Hisyam ingin memindahkan Jarrel dari pangkuannya, lelaki yang lebih muda itu malah melingkarkan kedua lengannya di leher Hisyam. Menyembunyikan wajahnya sendiri di dada lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu.

Hisyam menarik nafas dalam, emosinya masih menggebu-gebu. Namun dipeluk Jarrel seperti ini membuat emosinya sedikit berkurang.

“maaf” bisik Jarrel.

“mas hisyam, maaf”

Jarrel menjauhkan wajahnya dari dada Hisyam, menatap dalam manik mata pemuda tampan itu seolah memberitahu jika ia adalah miliknya.

“jangan pernah mikir kalo aku ada main sama ega di belakang mas, aku cuma sayang sama mas. yang tadi itu cuma salah paham aja mas aku berani sumpah”

Hisyam tersenyum tipis, sebelah tangannya terangkat untuk ia letakkan diatas kepala Jarrel. Mengelusnya pelan, Jarrel pun ikut tersenyum dan menarik tangan suaminya untuk ia genggam.

“maafin aku mas”

“mas gak marah sama kamu”

“bohong, tadi mas diemin aku”

“mas cuma pengen kamu yang ngomong duluan, kamu jelasin duluan tanpa harus mas tanya dulu”

“maaf”

Tangan kiri Hisyam terangkat untuk mengelus lembut pipi Jarrel, Hisyam menatap mata pria mungil di hadapannya dalam satu garis lurus.

Usapan pada wajah perlahan turun, mengelus pelan bibir bawah Jarrel.

“boleh?”

Jarrel mengerti, Hisyam menginginkannya. Sebenarnya ia masih belum siap, namun sekarang Jarrel harus melakukannya. Tak ingin membuat Hisyam terus-terusan menunggunya sampai ia siap.

“boleh”

Hisyam mendekat, menipiskan jarak diantara keduanya sampai deruan napas yang lebih muda membelai lembut wajahnya. Jarrel memejamkan matanya saat merasakan benda lembab menempel pada bibirnya.

Hisyam membawa Jarrel larut dalam ciuman lembutnya, menyesap belah bibir Jarrel atas dan bawah bergantian.

Satu lenguhan kecil lolos dari bibir Jarrel ketika tangan Hisyam masuk ke dalam kaos hitam yang dikenakannya, mengusap lembut sekitar pinggangnya membuat pikiran Jarrel semakin tidak karuan.

Bibir dan lidah keduanya terus beradu, suara decakan memenuhi kamar mereka. Jarrel mendorong pelan dada Hisyam karena ia mulai kehabisan oksigen.

Hisyam mengusap bibir Jarrel dengan ibu jarinya. “kamu udah siap? kalo masih belum siap, mas gak akan maksa”

Jarrel terdiam sesaat sebelum akhirnya ia mengangguk. “aku siap mas”

Hisyam menangkup pipi Jarrel, kembali mempertemukan bibir keduanya, ia akan memimpin. Tentu dengan pelan, lembut, dan sangat hati-hati, karena ini yang pertama bagi Jarrel. Hisyam ingin memberi kesan yang baik untuk pengalaman pertamanya.

Selanjutnya hanya mereka berdua yang tahu. Di kamar besar ini, hanya dipenuhi dengan decakan basah oleh keduanya. Alunan merdu dari bibir yang melantun indah saling menyebutkan nama.

kolam renang. cw//kissing.


Jarrel sudah menunggu Segara di pinggir kolam, ia tak sabar untuk berenang dan bermain air di dalam sana.

“kok belum nyebur?” tanya Segara mengejutkan Jarrel.

“kaget”

“kok kaget?”

“gapapa”

“ayo nyebur”

“ega duluan”

Segara terkekeh pelan, ia turun terlebih dahulu ke dalam kolam. “sini pah, gak dalem kok”

Kolam renang yang terletak di belakang rumahnya itu terlihat tidak dalam, hanya sebatas dada Segara saja. Namun jika Jarrel turun kesana sepertinya ia akan tenggelam.

“sini cepetan katanya mau berenang, malah begong”

“pegangin”

“iya”

Jarrel mengulurkan tangannya, Segara menggenggam tangan itu dan membawanya masuk ke dalam kolam.

“jangan dilepas”

“iya bawel”

Segara dengan sabar mengajarkan Jarrel cara berenang, namun pria yang lebih tua darinya itu sepertinya masih takut.

Dengan ide jahil yang muncul di kepalanya, Segara melepaskan genggaman tangannya sehingga membuat Jarrel tenggelam.

“ega!”

“hahahaha”

“ega! tolong!”

Segara menangkap tubuh Jarrel yang sedang kesusahan di dalam sana, melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jarrel dan menariknya agar tubuh mereka menempel.

“hey, calm down” bisik Segara pada Jarrel.

Tangan Jarrel melingkar erat pada leher Segara. “jangan dilepasin lagi, aku takut tenggelam”

“maaf”

Untuk beberapa menit mereka hanya diam sambil berpelukan, menikmati keheningan yang nyaman.

Jarrel tersipu malu saat menyadari jika wajahnya dan wajah Segara sangat dekat, wajahnya begitu merah padam. Segara yang menyadari jika papah tirinya malu, malah semakin mendekatkan wajahnya, memaksa manik hitam itu untuk bertemu pandang. Segara sangat mengagumi wajah papah tirinya itu. Terlihat sangat manis, membuat Segara setiap harinya jatuh semakin dalam pada pesona Jarrel.

Jemari tangan Segara menyentuh dagu Jarrel. Mempertemukan kedua manik mata, Segara merasakan sesuatu di dalam pandangannya. Sesuatu yang indah, lembut dan tulus.

“boleh cium?”

Jarrel yang mendengar penuturan tiba-tiba dari Segara membuat detak jantungnya berkali-kali lipat lebih cepat. Pria yang lebih muda darinya itu menghunuskan pandangan tepat pada mata Jarrel yang menatapnya dengan tatapan polosnya.

“boleh gak?”

“b-boleh”

Segara tersenyum sembari mendekatkan wajahnya, kini bibir keduanya sudah menempel. Lelaki yang sedikit lebih tinggi itu mencium Jarrel dengan lembut. Awalnya Jarrel terkejut karena Segara benar-benar menciumnya, ia kira anak ini hanya bergurau.

Ciuman Segara begitu lembut membuat Jarrel terbuai dan tanpa sadar membalas ciumannya, tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Segara mengigit kecil bibir bawah Jarrel, menyuruhnya untuk membuka mulut agar ia bisa memasukan lidahnya.

Tangan Jarrel tiba-tiba meremas pelan rambut hitam milik Segara untuk memperdalam ciumannya. Kedua pasang mata itu sama-sama terpejam, menikmati setiap detiknya.

“Eunghh” satu lenguhan lolos, membuat Jarrel terkejut karena ulahnya sendiri.

Keduanya membuka mata, Jarrel buru-buru melepas tautan bibir mereka berdua.

Kini keduanya saling menatap manik satu sama lain, Jarrel mengutuk dirinya sendiri. Seharusnya ia tak melakuan ini, berciuman di dalam kolam renang dengan anak tirinya sendiri.

Tanpa sadar, Jarrel meneteskan air mata membuat Segara melepaskan pelukannya. Menangkup pipi Jarrel lalu menghapus air matanya.

“maaf”

Jarrel menggeleng. “kamu gak salah ega, gak perlu minta maaf”

“tapi ega udah lancang cium papah”

“ega enggak salah, akunya juga yang terlalu terbawa suasana”

“maaf”

“aku udah bilang, ega enggak sal-” ucapan Jarrel terputus karena Segara menyela.

“ega suka sama jarrel”

“huh?”

“ega suka sama jarrel, maaf”

“ega.. aku ini papah tiri kamu”

“aku tau, maaf. maaf karena perasaan ini tiba-tiba muncul gitu aja, aku juga gak ngerti awalnya gimana bisa suka sama kamu”

Jarrel tak bisa berkata-kata lagi, pengakuan pria di hadapannya ini terlalu mengejutkan dirinya.

“kenapa diem?” tanya Segara, Jarrel menggeleng sebagai jawaban.

“ega gak tau gimana soal perasaan kamu ke ega, tapi tadi.. kamu bales ciumannya, jarrel bales ciuman ega, berarti jarrel suka juga kan sama ega?”

“enggak, aku cuma suka sama mas hisyam”

“jangan bohong, kejadian tadi udah ngebuktiin kalo kamu juga suka sama ega”

Jarrel menggigit bibir bawahnya, ia sendiri bahkan bingung dengan perasaannya sekarang. Masih mencintai suaminya atau sudah mulai membuka hati untuk anak tirinya.

“kita bisa jalanin ini diem-diem kok, di belakang ayah. cukup aku sama kamu yang tau tentang hubungan kita”

“maksud kamu apa ega?”

“ayo pacaran”

Lily.


Di sebuah restoran hotel bintang 5 dengan nuansa malam yang indah terlihat dari pintu masuk sudah ada keluarga Nathawira yang sedang duduk menempati meja VVIP.

Hisyam mengajak Jarrel untuk menghampiri keluarga Nathawira.

Segara hanya terdiam di belakang punggung papah tirinya, wajahnya terlihat tidak berseri. Beberapa detik kemudian ia dibuat kaget saat tiba-tiba saja Jarrel menggenggam tangannya. Segara mengalihkan pandangannya ke wajah pria mungil yang sedang tersenyum ke arahnya.

“ayo ega, jangan ngelamun terus”

Segara menghela nafas lalu mengangguk, mengikuti ayahnya yang sudah terlebih dahulu menghampiri meja VVIP tempat keluarga Nathawira berkumpul, mengernyit saat melihat wanita cantik mengenakan gaun berwarna putih duduk disana.

Segara mulai menyadari bahwa wanita itu adalah orang yang sama dengan wanita yang dikenalkan oleh teman-temannya di grup.

Segara menatap wanita itu lekat dari samping. Hendak mengatakan sesuatu, sebelum akhirnya Hisyam menyela. “ega, ngeliatinnya biasa aja dong sampe gak ngedip gitu. lily cantik ya?”

“hah? oh haha iya, lily..” matanya tiba-tiba beralih pada Jarrel yang berada di hadapannya “cantik”

“hahaha bisa aja” ucap pak Nathawira, papahnya Lily.

“kayak pernah liat” bisik Segara pada Lily.

“dimana?”

“di foto”

“eh?”

“waktu itu kata temen-temenku ada yang mau kenalan sama aku, terus mereka kirim foto temen ceweknya dan salah satunya ada muka kamu. tapi aku lupa siapa yang kirim”

“oh haha iya, raka deh kayaknya. soalnya waktu itu aku minta tolong ke raka”

“nah iya raka”

Segara dan Lily terlihat sangat cocok di mata Jarrel, lelaki itu tak henti-hentinya tersenyum saat melihat interaksi keduanya.

“kenapa senyam senyum?” tanya Hisyam yang melihat ekspresi Jarrel di sampingnya.

“mereka cocok ya mas”

“iya, menurut kamu kalo mereka dinikahin secepatnya bagus gak?”

“huh?”

“mas belum jelasin ke kamu ya? sampai lupa, jadi kita kesini itu mau jodohin ega sama lily”

“oh gitu”

“iya sayang, jadi gimana?”

“ya bagus sih, mereka juga keliatan cocok banget. pasti mereka seneng kalo dinikahin secepatnya”

Hisyam tersenyum mendengar jawaban dari kesayangannya itu, ternyata dugaan anak buahnya salah. Jarrel dan Segara tidak menjalin hubungan di belakangnya.

tidur.


Saat ini Segara sedang tertawa di kamarnya, menertawakan betapa lucunya tingkah papah tirinya itu.

tok tok tok.

Segara menghentikan tawanya saat mendengar pintu kamarnya diketuk oleh seseorang dari luar.

tok tok tok.

Kali ini ketukan pintu terdengar lebih keras, membuat Segara bangkit dari duduknya untuk melihat siapa pelaku penggedoran itu.

ceklek.

Belum sempat mengeluarkan sepatah kata pun, pria yang baru saja mengetuk pintu kamar Segara masuk begitu saja tanpa meminta izin terlebih dahulu.

“ngapain kesini?”

“mau tidur lah”

“tidur di kamar lo aja sana, ngapain tidur disini”

“gak mau, takut” ucap Jarrel yang sudah merebahkan dirinya di atas kasur milik Segara.

“dih siapa yang ngizinin lo buat tidur disini”

“ega bawel deh, aku ngantuk”

“ini kamar gue, lo keluar sana”

“gak mau, aku ngantuk. udah ya jangan ajak ngobrol aku lagi” ucap Jarrel sembari memejamkan matanya.

“terus gue tidur dimana?”

“di kamar aku aja sana”

“yaudah dadah lo disini sendiri. disini tuh ya kadang lampunya suka mati sendiri, hati hati aja deh-” ucapan Segara terputus saat tiba-tiba saja Jarrel sudah memeluk tubuhnya dari belakang.

“ega disini aja”

“tadi lo ngusir gue”

“ega disini aja”

“berarti lo yang keluar nih?” tanya Segara, punggungnya terasa geli karena gelengan kepala Jarrel yang menempel pada punggungnya.

“terus lo maunya gimana?”

“bobo bareng aja”

“lo gila banget asli”

“kenapa? tidur bareng doang kok, gak bikin aku hamil ini” ucap Jarrel dengan polos membuat Segara mendengus. Dia kan laki-laki mana bisa hamil.

“lo tidur di kasur aja, gue di bawah”

“emangnya gapapa ega tidur di bawah? keras tau”

“emang”

“yaudah di kasur aja berdua sama aku, kenapa sih lagian kok gak mau amat”

“yaudah iya di kasur, berdua”

Jarrel tersenyum senang, akhirnya ia tidak tidur sendirian karena ditemani Segara.

“lepasin dulu pelukan lo”

“ohiya hehe”

Dengan santai, Jarrel berjalan ke arah ranjang milik Segara dan merebahkan dirinya disana.

“ega sini bobo”

Segara mendengus sebal, namun ia menuruti perintah dari papah tirinya. Berjalan ke arah ranjang dan merebahkan tubuhnya di sebelah Jarrel.

Saat Segara akan memejamkan matanya, Jarrel mengeluarkan suara lagi. “ega beneran anaknya mas hisyam ya?”

“ya iyalah, masa anaknya pak asep”

Jarrel terkekeh saat mendengar jawaban konyol dari Segara.

“kok gak mirip ya?”

“gak tau deh, gue anak pungut kali”

“ih kalo ega beneran anak pungut gimana hayoh?”

“random banget sih pertanyaan lo”

“ih ega mah gak sopan terus sama aku, lo gue lo gue mulu”

“ya terus maunya gimana?”

“panggil papah lah, aku kan papah kamu” ucap Jarrel sembari mencebikkan bibirnya.

“males”

“kenapa?!”

“umur kita gak jauh beda, canggung banget manggil lo kayak gitu”

“tapi kamu harus, gak sopan tau ih lo gue lo gue ke papah sendiri”

“papah mana yang tingkahnya kayak bocil, dijagain sama anaknya, minta temenin tidur ke anaknya. lo tuh gak pantes disebut papah”

“pantesnya?”

“bayi”

Jarrel mendengus kesal, ia tak suka dipanggil bayi oleh pria yang statusnya adalah anak tirinya.

“tau ah” ucap Jarrel membalikan badannya, memunggungi Segara yang terkekeh geli melihat tingkah lucu papah tirinya.

“ngambek?” tanya Segara, tidak ada jawaban.

“bayi”

“apa sih!”

“hahahaha ngambek?”

“enggak”

“beneran?”

“tidur ega, udah malem”

“ngambek ya?”

“ish! enggak!”

Segara mengelus surai kecoklatan milik Jarrel, sangat terlihat jelas sekarang kalau papah tirinya itu tingkahnya seperti anak kecil yang sedang merajuk ingin dibelikan mainan.

“masih ngambek?”

“ngantuk”

“bobo”

Jarrel merubah posisinya lagi menjadi menghadap Segara, pria yang lebih muda mengulurkan tangan kirinya untuk dijadikan bantal, Jarrel dengan senang hati menyenderkan kepalanya pada lengan kiri Segara.

Segara menatap Jarrel yang sedikit demi sedikit sudah mulai memejamkan matanya, tangan kanannya tak henti-hentinya mengelus surai lembut milik papah tirinya itu.

Tak lama setelah Jarrel tertidur, Segara pun ikut memejamkan matanya.

Malam itu, mereka berdua tidur bersama dengan memeluk satu sama lain.

mie instan.


Saat ini , Segara sedang memasak mie instan di dapur sendirian. Tanpa bantuan bi Andin karena asisten rumah tangga itu sudah tertidur.

Biasanya jika Segara lapar, ia selalu meminta tolong pada bi Andin untuk dibuatkan makanan. Namun malam ini, Segara lebih memilih untuk memasak sendiri.

Tidak begitu sulit baginya, hanya merebus air lalu memasukan mienya ke dalam panci.

Segara acuh saat merasakan ada seseorang masuk ke dapur, mungkin itu ayahnya.

“ega, laper ya?”

Dugaannya salah, ternyata yang menghampirinya itu bukanlah ayahnya melaikan papah tirinya, Jarrel.

“hati-hati ya ega, mas hisyam pernah bilang kalo ega gak bisa masak” ucap Jarrel setelah mengambil segelas air putih.

“sok tau, gue bisa masak” Jarrel tersenyum mendengar jawab dari Segara, anak tirinya itu memiliki gengsi yang sangat tinggi.

“mienya udah mateng tuh”

Segara mendengus, ia lantas mematikan kompor lalu memasukan mienya ke dalam mangkuk. Tidak berhati-hati sehingga air rebusan mie tersebut tumpah begitu saja mengenai tangan kanannya.

“arghh!”

“ega!”

Dengan refleks Jarrel memegang lengan kanan Segara, membawanya ke arah wastafel untuk ia basuh dengan air dingin.

“baru juga dibilangin, hati-hati ega. eh sekarang malah kesiram air panas, ngeyel sih dibilangin”

“bawel”

“bawel juga demi keselamatan kamu tau, kamu tuh anak aku sekarang. aku bawel karena aku khawatir, masih untung kesiramnya cuma sedikit coba kalo banyak bisa melepuh tuh tangan kamu”

“kena air panas juga garagara ada lo disini”

“kok jadi nyalahin aku? itu sih salah ega sendiri gak hati-hati, lagian banyak gaya banget udah tau gak bisa masak malah maksain buat masak, kan bisa minta tolong aku buat dimasakin. aku gak keberatan kok cuma sekedar buat masakin kamu mie instan malem malem”

“ntar malah lo racunin mie gue”

“ega, kalo kamu masih mikir negatif tentang aku. aku beneran racunin kamu loh pake racun tikus”

“mana mempan racun tikus”

“mempan tau, aku pernah pake racun tikus itu di rumah karena di rumahku ada tikus berkeliaran, terus tikusnya aku kasih racun dan akhirnya mati” ucap Jarrel membuat Segara terkekeh pelan.

“iya itu kan buat tikus bukan buat manusia”

“ya terserah deh, samasama racun ini kan. lagian ega tau apa sih tentang racun tikus kayak pernah basmi tikus aja di rumah sebesar ini”

Segara mengapit bibir Jarrel dengan jarinya membuat pria yang lebih pendek darinya itu tersentak kaget.

“bawel banget sih”

Jarrel tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun karena bibirnya yang dijepit oleh tangan kiri Segara.

Hening diantara keduanya, Jarrel menatap mata Segara dengan kagum. Anak tirinya ini ternyata dua kali lipat lebih tampan jika dilihat dari dekat.

Begitu pun dengan Segara, ia memandangi pria dihadapannya. Cahaya lampu yang menyinari wajah Jarrel menjadi salah satu alasan Segara ingin menghentikan waktu, berhenti tepat pada detik dimana hanya ada Segara yang sedang memuja betapa indahnya wajah Jarrel.

Saat ini, Wajah papah tirinya begitu sempurna di mata Segara.

“cantik” bisik Segara setelah melepaskan capitan jari pada bibirnya, pergi begitu saja meninggalkan Jarrel yang masih mencerna apa yang baru saja diucapkan oleh anak tirinya tadi.

Melupakan tentang mie instannya yang baru saja ia buat beberapa menit yang lalu.