Kabur.
TW // physical abuse, major character death.
Jarrel berjalan perlahan menuju pintu utama, menggunakan kesempatan kecil yang ia punya untuk kabur karena sekarang Hisyam sedang berada di kamar mandi.
Tangannya terangkat untuk membuka pintu, namun pergerakannya tertahan karena seseorang memegang tangannya dari belakang.
“mas?”
“mau kemana?”
“ke rumah sakit mas, ega kritis”
“gak boleh”
“kenapa mas? ega kritis, kita harus kesana”
“biarin aja, ntar juga mati”
Jarrel tersentak kaget mendengar ucapan yang keluar dari mulut suaminya itu.
“mas? kok ngomongnya gitu, ega anak kamu mas”
“ega bukan anak aku”
“mas?”
Tatapan mata Hisyam kini berubah menjadi tatapan tajam. Tangannya mencengkram erat lengan Jarrel, membuat pria mungil itu meringis kesakitan.
“m-mas, sakit”
“ke kamar sekarang”
“gak mau, aku mau ke rumah sakit”
“jarrel”
“lepasin aku mas, aku harus ketemu ega”
“biarin aja selingkuhan kamu itu mati” ucap Hisyam membuat Jarrel membolakan matanya.
“apaan sih mas”
“mas tau sayang, kamu sama ega pacaran kan di belakang mas”
Tangan besar itu terangkat, mengelus pelan helaian halus surai Jarrel. Detik berikutnya Hisyam menjambak rambut tersebut membuat pemiliknya sontak mengadah mengikuti sumber tarikan.
“mas, sakit!”
Jarrel meringis menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya, Hisyam malah semakin kuat menarik helaian halus surai Jarrel.
“sakit mas, lepasin!”
“mas bakal lepasin kalo kamu putusin ega”
Dada Jarrel naik turun, matanya menatap tajam Hisyam yang terlihat datar. Sepertinya pria tinggi itu sudah dipenuhi oleh amarah.
Hisyam mengendurkan jambakannya dan mengusap kembali surai halus Jarrel. “putusin ega ya sayang? kamu cuma punya aku, orang lain gak ada yang boleh milikin kamu”
Gelengan kecil yang diterima oleh Hisyam membuat amarahnya semakin memuncak.
“aku gak mau putusin ega, aku sayang ega”
“apa?”
“aku sayang ega”
“ngomong sekali lagi”
“aku sayang e-”
plak!
Dalam hitungan detik wajah Jarrel menoleh ke kanan, pipinya panas. Tamparan yang Hisyam berikan pastinya akan membekas di pipinya.
“ngomong sekali lagi!”
Jarrel terdiam, pipinya sangat sakit saat menerima tamparan keras yang ia terima secara tiba-tiba.
tok tok tok.
“kak jarrel?! kak jarrel di dalem?!”
Teriakan seseorang dari luar membuat Jarrel berlari ke arah pintu, namun sayang. Pergerakannya ditahan oleh Hisyam.
“RAKA, TOLONG AKU DI-”
Hisyam membungkam mulut Jarrel dengan tangannya, menarik pria mungil itu untuk menjauh dari pintu utama dan membawanya ke kamar.
“dobrak aja pintunya, kayaknya terjadi sesuatu di dalam sana” ucap salah satu polisi disana.
Raka dan Zidan mendobrak pintu itu bersamaan, sulit sekali untuk terbuka karena pintu itu sangat kuat.
Sementara di dalam kamar, tubuh Jarrel diseret paksa menuju ranjang. Mata Jarrel membulat kala dirinya berada di bawah kungkungan Hisyam, air mata mengalir dari ujung matanya.
“mas, biarin aku pergi mas”
Dapat dirasakan nafas hangat suaminya itu menerpa pipinya, mata itu menatapnya dengan santai tidak seperti Jarrel yang menatapnya ketakutan.
Dengan tak terduga Hisyam mencekik leher Jarrel sehingga pria yang berada di bawah kungkungannya itu susah untuk bernafas.
“m-mas”
“kalo mas gak bisa milikin kamu berarti ega juga gak boleh milikin kamu”
“uhuk! m-mas”
“kamu harus mati jarrel, biar gak ada yang bisa rebut kamu dari mas”
Hisyam tak melepaskan cengkramannya pada leher Jarrel, membuatnya semakin susah untuk bernafas. Jarrel sudah tidak kuat lagi untuk bertahan lebih lama sampai Raka menolongnya, kemudian ia memejamkan mata dan menghembuskan nafas terakhirnya.