mie instan.


Saat ini , Segara sedang memasak mie instan di dapur sendirian. Tanpa bantuan bi Andin karena asisten rumah tangga itu sudah tertidur.

Biasanya jika Segara lapar, ia selalu meminta tolong pada bi Andin untuk dibuatkan makanan. Namun malam ini, Segara lebih memilih untuk memasak sendiri.

Tidak begitu sulit baginya, hanya merebus air lalu memasukan mienya ke dalam panci.

Segara acuh saat merasakan ada seseorang masuk ke dapur, mungkin itu ayahnya.

“ega, laper ya?”

Dugaannya salah, ternyata yang menghampirinya itu bukanlah ayahnya melaikan papah tirinya, Jarrel.

“hati-hati ya ega, mas hisyam pernah bilang kalo ega gak bisa masak” ucap Jarrel setelah mengambil segelas air putih.

“sok tau, gue bisa masak” Jarrel tersenyum mendengar jawab dari Segara, anak tirinya itu memiliki gengsi yang sangat tinggi.

“mienya udah mateng tuh”

Segara mendengus, ia lantas mematikan kompor lalu memasukan mienya ke dalam mangkuk. Tidak berhati-hati sehingga air rebusan mie tersebut tumpah begitu saja mengenai tangan kanannya.

“arghh!”

“ega!”

Dengan refleks Jarrel memegang lengan kanan Segara, membawanya ke arah wastafel untuk ia basuh dengan air dingin.

“baru juga dibilangin, hati-hati ega. eh sekarang malah kesiram air panas, ngeyel sih dibilangin”

“bawel”

“bawel juga demi keselamatan kamu tau, kamu tuh anak aku sekarang. aku bawel karena aku khawatir, masih untung kesiramnya cuma sedikit coba kalo banyak bisa melepuh tuh tangan kamu”

“kena air panas juga garagara ada lo disini”

“kok jadi nyalahin aku? itu sih salah ega sendiri gak hati-hati, lagian banyak gaya banget udah tau gak bisa masak malah maksain buat masak, kan bisa minta tolong aku buat dimasakin. aku gak keberatan kok cuma sekedar buat masakin kamu mie instan malem malem”

“ntar malah lo racunin mie gue”

“ega, kalo kamu masih mikir negatif tentang aku. aku beneran racunin kamu loh pake racun tikus”

“mana mempan racun tikus”

“mempan tau, aku pernah pake racun tikus itu di rumah karena di rumahku ada tikus berkeliaran, terus tikusnya aku kasih racun dan akhirnya mati” ucap Jarrel membuat Segara terkekeh pelan.

“iya itu kan buat tikus bukan buat manusia”

“ya terserah deh, samasama racun ini kan. lagian ega tau apa sih tentang racun tikus kayak pernah basmi tikus aja di rumah sebesar ini”

Segara mengapit bibir Jarrel dengan jarinya membuat pria yang lebih pendek darinya itu tersentak kaget.

“bawel banget sih”

Jarrel tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun karena bibirnya yang dijepit oleh tangan kiri Segara.

Hening diantara keduanya, Jarrel menatap mata Segara dengan kagum. Anak tirinya ini ternyata dua kali lipat lebih tampan jika dilihat dari dekat.

Begitu pun dengan Segara, ia memandangi pria dihadapannya. Cahaya lampu yang menyinari wajah Jarrel menjadi salah satu alasan Segara ingin menghentikan waktu, berhenti tepat pada detik dimana hanya ada Segara yang sedang memuja betapa indahnya wajah Jarrel.

Saat ini, Wajah papah tirinya begitu sempurna di mata Segara.

“cantik” bisik Segara setelah melepaskan capitan jari pada bibirnya, pergi begitu saja meninggalkan Jarrel yang masih mencerna apa yang baru saja diucapkan oleh anak tirinya tadi.

Melupakan tentang mie instannya yang baru saja ia buat beberapa menit yang lalu.