The Truth.


Hisyam melangkah santai ke arah mobil Segara yang terparkir di depan lobby kantornya.

“ega pindah”

“hah?”

“ayah aja yang nyetir”

“ega aja, ayah pasti capek”

“ayah aja”

Segara mendengus, ayahnya ini sangat keras kepala tidak seperti dirinya. Ia mengalah, membiarkan Hisyam untuk menyetir.

Hening melanda di dalam mobil, Segara mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Berniat untuk membalas semua pesan yang dikirim oleh Jarrel.

“simpen hpnya ega, gak sopan”

Segara mengernyit saat tiba-tiba saja Hisyam menegurnya untuk tidak bermain ponsel di dalam mobil. Tidak ingin membuat ayahnya marah, Segara menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku. Mengabaikan pesan dari Jarrel, ia bisa balas nanti setelah sampai di rumah.

“gimana rasanya jarrel?”

Segara menatap bingung ke arah ayahnya yang sedang fokus menyetir, keningnya berkerut saat mendengar pertanyaan konyol yang keluar begitu saja dari mulut ayahnya.

“maksudnya?”

Hisyam terkekeh pelan. “jarrel enak ya?”

“ega gak ngerti”

“kalian berdua udah ngapain aja selain ciuman di kolam renang?”

Segara terkejut, jantungnya berdetak kencang saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut ayahnya.

“kaget ya? pasti kamu mikir, saya tau darimana”

Segara masih terdiam, tubuhnya membeku, lidahnya kelu, otaknya tidak bisa berfungsi sekarang. Ia tertangkap basah.

“anak buah saya sering kasih tau saya tentang hubungan kalian, awalnya saya gak terlalu mikirin itu. karena yang saya tau, kamu sangat membenci jarrel”

Hisyam menarik nafas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya.

“tapi lama kelamaaan saya jadi kepikiran, apalagi setelah liat kalian berpelukan di dapur. saya iseng buka rekaman cctv untuk melihat kegiatan apa saja yang kalian lakuin selama saya gak ada di rumah dan boom saya liat kalian berdua ciuman di kolam renang, so sweet”

Segara meneguk ludahnya kasar, ia baru ingat kalau taman belakang terpasang cctv.

“dan tadi, bi andin kasih tau saya kalo kamu masuk kamar jarrel, gimana rasanya jarrel? enak?”

“ega gak ngapa-ngapain sama jarrel di kamar”

“haha mana ada maling mau ngaku”

“sumpah demi tuhan, ega sama jarrel gak ngapa-ngapain di kamar. tadi jarrel nangis terus ega nenangin dia”

Hisyam terdiam sesaat sebelum berkata. “jarrel itu milik saya, kamu gak bisa rebut jarrel dari saya sampai kapan pun”

“enggak, ega gak ada niatan ngambil jarrel dari ayah”

“jangan panggil saya ayah, saya gak sudi”

“ayah? ega tau ega salah, tapi ayah jangan kayak gini ke ega”

Hisyam mempercepat laju mobilnya, emosinya sudah berada di ujung tanduk.

“ayah?”

“jangan panggil saya ayah! kamu bukan anak saya!”

“ayah.. ega minta maaf, kesalahan ega besar banget sama ayah tapi ega mohon jangan kayak gini, ega anak ayah”

“kamu memang bukan anak saya ega, saya mengadopsi kamu di panti asuhan saat kamu masih bayi”

Segara terkejut, ia memang sering bercanda dengan teman-teman kalau Segara bukan anak kandung Hisyam. Namun ia tak menyangka jika candaannya selama ini nyata.

“ayah bercanda ya?”

“saya gak bercanda, saya benar-benar mengadopsi kamu di panti asuhan karena saya dapat informasi kalau keluarga Nathawira melahirkan seorang bayi perempuan. saya mengadopsi kamu bukan tanpa alasan ega, saya mengadopsi kamu untuk saya jodohkan dengan anak dari keluarga Nathawira”

“kenapa?”

“kenapa hahahaha ya karena keluarga Nathawira itu keluarga kaya raya ega, jika saya menjodohkan kamu dengan lily kan saya nanti jadi terbawa kaya”

Segara mencoba menahan amarahnya dan menarik nafasnya dalam-dalam. Ia mencoba menyelesaikan semua ini dengan kepala dingin.

“kenapa harus adopsi ega? ay- anda kan pasti punya anak dari istri anda”

“saya tidak pernah menikah sebelumnya, saya baru menikah sekali dan itu dengan jarrel. pria manis yang sangat saya cintai”

Segara terdiam, semua kebenaran yang terlontar dari mulut Hisyam sangat mengejutkan dirinya.

“kamu itu udah saya adopsi, saya urus dari kecil sampe sebesar ini, saya kasih fasilitas apa saja yang kamu mau. tapi kamu malah pacarin suami saya hahaha dasar anak gak tau diri”

Segara mengepalkan tangannya, ia sudah tak bisa menahan amarahnya lagi. “turunin gue disini”

Hisyam tidak menjawab, ia malah semakin mempercepat laju mobilnya.

“TURUNIN GUE ANJING!” Teriaknya frustasi. Di saat itu juga, Hisyam membanting setirnya ke kiri. Terlalu tiba-tiba sehingga Segara tidak sempat untuk melompat keluar dari mobil seperti yang dilakukan oleh Hisyam sebelum mobilnya menabrak pohon dengan kecepatan penuh. Kaca depannya pecah, menggores kulit putih pucat Segara. Benturan keras di kepalanya membuat pria itu perlahan kehilangan kesadaran.

Sebelum memejamkan matanya, Segara tersenyum membayangkan betapa indahnya wajah Jarrel saat tersenyum ke arahnya, dan berharap akan bertemu lagi dengan pria yang sangat ia cintai jika ada kesempatan.