enhipain

#bertemu

-

Rigel berjalan di lorong rumah sakit dengan langkah santai.

Pria tinggi itu berniat untuk membantu meringankan biaya administrasi salah satu pasiennya.

“sus, saya janji bakal lunasin semuanya. tapi saya mohon untuk kali ini izinin saya buat cicil ya sus? uang saya sisa segini, ibu saya harus segera dioprasi”

“maaf dek, gak bisa. udah jadi peraturan rumah sakit ini harus lunas” ucap sang suster.

“ada apa ini sus?” tanya Rigel.

“ini dok, adek ini terus-terusan pengen cicil biaya oprasi ibunya”

Pria mungil itu berbalik berniat untuk meminta bantuan pada Rigel.

“dok saya mohon dok, ibu saya harus cepet cepet dioprasi. saya gak mau kalo ibu kenapa napa dok, saya janji bakal lunasin semuanya kok” ucap pria malang itu sembari menggenggam tangan Rigel.

Rigel terdiam, ia terlalu kaget dengan pria mungil di hadapannya ini.

Mukanya, mirip sekali seperti mendiang papahnya.

“dokter, tolong” ucap pria itu, pipinya basah karena terlalu banyak mengeluarkan air mata.

“sus, biar saya aja yang lunasi semuanya”

Pria mungil itu melotot, bukan ini yang ia mau.

“jangan dokter, saya aja yang-”

“sstt, jangan nangis lagi ya. saya ikhlas bantu kamu kok”

Dengan lancang, Rigel menangkup pipi pria yang lebih pendek darinya. Mengelus pelan pipinya guna untuk menghapus air matanya.

“nama kamu siapa?”

“j-jefan”

Rigel tersenyum sembari menjauhkan tangannya dari pipi Jefan.

“maaf ya saya lancang, saya cuma gak suka aja liat anak manis kayak kamu nangis”

Jefan terdiam, matanya mengerjap-ngerjap.

Rigel terkekeh melihat wajah Jefan yang terlihat sangat lucu di matanya.

“jangan nangis lagi, ibu kamu akan segera dioprasi” ucap Rigel.

“makasih dok, makasih banyak”

Jefan merasa beruntung hari ini, ia bertemu dengan dokter baik hati.

#bersalah

-

Rasya datang ke acara pernikahan Zidan, didampingi oleh Winna di sebelahnya sembari menggandeng tangan Rigel.

“zidaaan, selamat ya akhirnya nikah juga”

“makasih, kamu juga cepet nikah dong biar rigel punya papah baru” ucap Zidan.

“hahaha enggak deh, rigel punya satu papah juga kayaknya cukup kok”

“ohh jadi ini kak rasya yang sering diceritain sama kak zidan dulu” celetuk Juan, Rasya mengernyit.

“sering diceritain? emang si zidan sering ceritain aku apa?” tanya Rasya ingin tahu.

“katanya dulu kak zidan naksir kak rasya tapi susah buat-” Juan berhenti mengoceh karena Zidan membungkam mulutnya.

“jangan didengerin, emang suka ngaco anaknya hehe. sana makan dulu kasian rigel kayaknya laper tuh” usir Zidan padanya.

“huh yaudah deh, sekali selamat ya buat kalian berdua semoga-” Rasya tidak melanjutkan kata-katanya karena Zidan mendorong tubuhnya.

“hehe iya makasih udah sana makan dulu”

Rasya merasa kesal, ia kan belum selesai bicara kenapa Zidan malah mengusirnya.

“haha udah ayo makan aja mending, zidannya malu tuh kayaknya” ucap Winna, Rasya mengangguk.

Kini mereka berdua sudah duduk di salah satu bangku dekat stand makanan, Rasya sibuk menyuapi Rigel.

“awyah!” ucap Rigel, mulutnya penuh oleh makanan sehingga ucapannya itu tidak terdengar jelas.

“kenapa rigel?” tanya Rasya, Rigel menunjuk ke depan sembari melompat-lompat kecil di kursinya.

Rasya melihat ke arah yang ditunjuk Rigel, disana Rasya melihat pria yang sangat ia benci.

Karel.

Karel terdiam, matanya menatap lurus ke arah pria mungil yang memasang wajah datar.

“karel? liat apa?” tanya Ilene.

“rasya”

“rasya? loh iya ada rigel juga, samperin gih”

Karel menggeleng “karel takut rasya malah kabur lagi”

“coba dulu ya sayang, samperin dulu. kalo rasya kabur boleh kamu kejar kok”

Menarik nafas panjang, Karel berjalan perlahan mendekati Rasya.

“ayah! ayah!”

Karel tersenyum melihat Rigel yang melompat-lompat kecil, lucu.

“hai” sapa Karel.

“hai”

“boleh ngobrol sebentar?”

“boleh, tapi disini aja”

“ayah! gendong” Rigel memeluk kaki panjang milik Karel.

“boleh?” tanya Karel, Rasya mengangguk.

Dengan hati-hati Karel menggendong Rigel, dilihat dari raut wajahnya. Karel terlihat sangat bahagia saat menggendong Rigel.

“anak ganteng ayah, apa kabar?”

“baik, igel kangen ayah”

“ayah juga kangen igel” ucap Karel sembari mengelus lembut pipi Rigel.

Mata Rasya berkaca-kaca, Winna melihatnya. Dengan sigap wanita cantik itu langsung mengelus punggung Rasya.

Karel mengernyit saat melihat punggung Rasya dielus oleh wanita yang tidak ia kenali.

Winna tersenyum canggung “jangan salah paham, saya istrinya Hadian hehe”

Menghela nafas, hampir saja Karel salah paham.

“rasya, aku cuma mau minta maaf sama semua perbuatan buruk yang udah aku lakuin ke kamu. aku tau maaf aja gak akan cukup buat ngobatin rasa sakit kamu. tapi aku bener-bener nyesel, aku minta maaf sebesar-besarnya”

Rasya menggigit bibir bawahnya, menahan air matanya agar tidak keluar.

Rupanya untuk memaafkan saja rasanya sangat sulit bagi Rasya.

“aku gak bisa kalo harus tanpa kamu, aku sayang banget sama kamu rasya. jika kamu berkenan, tolong kembali. aku bakal perbaiki semuanya, aku bakal berubah demi kamu, ayo kita hidup bersama-sama lagi”

Rasya tidak menjawab, Karel menurunkan Rigel dari gendongannya.

Lelaki tinggi itu berlutut di hadapan Rasya.

“karel kamu apaan sih? berdiri rel, malu”

Semua tamu termasuk pengantin menyaksikan bagaimana perjuangan Karel untuk mendapatkan maaf dari Rasya.

“berdiri karel, kalo kamu gitu terus aku gak bakal maafin kamu”

Karel berdiri, pandangan mereka bertemu.

Rasya tidak bisa menahan air matanya lagi, ia menangis.

Dengan lancang, tangan Karel menangkup pipi Rasya hanya untuk menghapus air matanya.

“maaf rasya, maaf, maaf, maaf, maafin aku” lirih Karel.

“aku maafin kamu karel”

Rasya memaafkan Karel secepat itu, ia hanya ingin cepat-cepat pulang karena ia merasa kepalanya sangat sakit.

“rasya? kamu mimisan sayang” ucap Karel sembari menghapus darah yang mengalir dari hidung pria mungil itu.

“kita ke rumah sakit sekarang ya”

“aku gapapa karel, cuma mimisan biasa kok”

Karel mengelus hidung Rasya dengan lembut, ia membiarkan darah yang keluar dari hidung Rasya menempel di jari-jarinya.

“makasih rasya, makasih banyak udah maafin aku”

“tapi karel. kalo buat kembali bersama, maaf aku gak bisa”

“kenapa?”

Rasya menggeleng, ia bingung harus menjawab apa.

“kamu boleh kok ketemu rigel, kamu juga boleh bawa rigel main kemana pun. aku kasih izin”

Karel menggeleng “bukan itu yang aku mau rasya, aku cuma pengen kamu balik, kita hidup bersama-sama lagi, kita urus rigel bareng-bareng sampai dia dewasa”

Rasya menggenggam tangan Karel yang masih setia menangkup pipinya.

“maaf, karel” Rasya melepaskan tangan Karel, ia berbalik dan melangkah pergi. meninggalkan Karel yang memanggil-manggil namanya.

“udah ya sayang, udah gapapa. jangan ditahan terus” ucap Ilene menenangkan anak semata wayangnya.

“rasya mah, rasya pergi. karel gak mau rasya pergi”

“ikhlas ya sayang, yang penting rasya udah izinin kamu buat ketemu sama rigel”

“karel gak mau itu mah, karel cuma mau rasya. karel cuma mau rasya ada di sisi karel lagi”

di sore itu, Karel tak henti-hentinya menangis dipelukan sang ibu.

#ingkar

-

Hadian yang sedang mencuci tangan merasa aneh dengan toilet paling ujung.

Ia mendengar suara, seperti orang sedang menangis.

Perlahan mendekati pintu tersebut lalu mengetuknya.

tok tok

“ada orang di dalem?”

meong

“lah? jangan bercanda mas, toiletnya mau dipake nih” ucap Hadian bohong.

Mau tak mau Rasya keluar dari keluar dari bilik toilet, dengan keadaan sedikit mengenaskan.

Matanya sembab, hidungnya merah, dan pipinya basah.

“Rasya?”

“iya aku hehe”

“kenapa nangis?”

“gapapa, lagi ekting”

Hadian terkekeh mendengar jawaban Rasya, pria mungil ini tidak berubah.

Masih lucu seperti saat SMA dulu.

Hadian mendekat ke arah Rasya, hanya ingin mengelus surainya saja agar ia merasa lebih baik.

Rasya melotot saat Hadian menangkup pipinya, ibu jarinya mengelus pipi pria mungil itu untuk mengusap air matanya.

“jangan nangis lagi ya, nanti matanya ilang loh kalo kebanyakan nangis” ucap Hadian.

“hah serius?!”

“iya, makanya jangan nangis lagi ya”

brak!

“karel?”

Pelaku pendobrakan pintu toilet adalah Karel, ia melihat Hadian sedang menangkup pipi pujaan hatinya.

“brengsek”

bugh!

“karel! kamu apa apaan sih?!”

Rasya terkejut saat Karel tiba-tiba melayangkan tinju pada wajah Hadian.

“bagus ya selingkuh di toilet”

“aku gak selingkuh, lagian kenapa kamu harus marah? sana temuin si naura” usir Rasya padanya.

Karel mengeraskan rahangnya, ia menarik paksa Rasya untuk keluar dari toilet.

“karel apaan sih jangan tarik-tarik! aku mau obatin Hadian-”

“diem!”

Rasya terdiam saat Karel membentaknya, ini pertama kali baginya.

Selama hidup bersama, Karel tak pernah membentak Rasya.

Kaki mungil Rasya sedikit kesulitan mengikuti langkah besar Karel.

Ia bingung sebenarnya Karel akan membawanya kemana?

-

Karel membawa Rasya ke rumah.

Tangannya mencengkram erat lengan Rasya, membuat pria mungil itu meringis kesakitan.

“lepas!”

Pemuda mungil itu terus meronta, menatap tajam pemuda di depannya.

Mukanya memerah karena amarah yang semakin meletup kala matanya penatap mata pemuda tinggi di depannya.

“lepasin anjing!”

Karel mendekat ke arah Rasya, tangannya mengelus pipi Rasya dengan lembut.

“kasar banget sayang ngomongnya, ini bukan rasya yang aku kenal. rasya si anak baik, rasya anak manis gak pernah ngomong kasar”

“bacot” ucap Rasya sembari menepis kasar tangan Karel.

Tangan besar itu kembali terangkat, tangan itu menjambak helaian halus surai Rasya. Membuat pemiliknya sontak mengadah mengikuti sumber tarikan.

“apa-apaan sih karel, lepasin gak? sakit tau!”

Rasya meringis menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya, Karel malah semakin kuat menarik helaian halus surai Rasya.

Dada Rasya naik turun, matanya menatap tajam Karel yang terlihat datar. Sepertinya Karel sudah dipenuhi oleh amarah.

“karel aku mohon, lepasin aku”

Karel mengendurkan jambakannya dan mengusap halus surai Rasya “maaf sayang, aku gak akan gini kalo kamu gak selingkuh-”

cuih

Rasya meludahi wajah Karel, ia tak terima dibilang selingkuh padahal yang jelas-jelas selingkuh adalah Karel sendiri.

Karel terkekeh, rupanya Rasya telah membangunkan singa dari tidur panjangnya.

Karel kembali menjambak rambut Rasya dengan kuat “udah berani ya sekarang, minta maaf”

Rasya menggeleng.

“aku gak salah ngapain harus-”

Kesabaran Karel sudah habis, sang dominan menarik paksa rambut Rasya ke arah ranjang dan menghempaskannya dengan kasar.

Rasya terkejut, dikala laki-laki tinggi itu sudah berada di atasnya. Rasya menatap mata Karel yang sedang mengukungnya, berniat meminta tolong agar dilepaskan.

“karel.. hiks.. lepasin aku”

Tangan itu mengelus pipi Rasya dengan lembut, ibu jari Karel singgah di bibir lembut Rasya “sstt jangan nangis, nanti dada kamu sakit”

Dengan lancang, Karel mencumbu bibir pria mungil itu. Melumat dan menggigitnya.

Lidahnya masuk ke dalam mulut Rasya, mengajak pria mungil itu untuk perang lidah.

Karel merasa kesal karena Rasya tak mau membalas ciumannya.

Kini bibir sang dominan turun ke leher, lehernya diberi kecupan. Sedikit melumatnya untuk memberi tanda.

Karel menghentikan aktivitasnya, matanya menatap mata Rasya yang mengeluarkan banyak air mata.

Tangannya mengusap halus air mata tersebut lalu menangkup pipinya.

“jangan nangis, setelah ini aku bakal lepasin kamu”

Rasya mengangguk pelan, ia terlalu lugu untuk mengetahui apa yang dimaksud Karel. Yang ia tahu sebentar lagi Karel akan membiarkannya pulang.

Karel kembali mencumbu bibir halus itu, tangannya ia pakai untuk membuka pakaian yang dikenakan Rasya.

Rasya diam saja, membiarkan dirinya terjamah. Hingga kini tubuh keduanya sudah polos tanpa sehelai benang pun.

Karel menatap mata polos Rasya di bawah kungkungannya.

“sebentar lagi aku bakal lepasin kamu, sabar ya”

Rasya mengangguk.

“sekarang tutup mata kamu”

Rasya menuruti semua perintah Karel, ia memejamkan matanya.

“tahan”

“AKHH-”

cup!

Karel mencium bibir itu lagi, agar Rasya melupakan rasa sakit yang menyerang secara tiba-tiba di bawahnya.

Di siang itu terenggut sesuatu yang selama ini Rasya jaga.

Dulu Karel berjanji tidak akan merenggut itu sampai ia lulus kuliah dan menikahi Rasya.

Namun sekarang, Karel ingkar.

#tertangkap basah

-

TW // cheating, kissing

.

Rasya datang ke acara kelulusan fakultas kedokteran.

Matanya tidak bisa bohong, ia mencari keberadaan Karel.

“nyari mantan nih” sindir Zidan.

“gak tuh”

“itu mata gak bisa bohong celingak celinguk kayak maling jemuran”

“aku tuh cari makanan” ucap Rasya ngeles.

“aku aku, di chat mah galak lo gue”

“ya maaf, emosi suka kadang begitu”

Zidan mengajak Rasya untuk berkeliling, menyapa teman-temannya dan memperkenalkan Rasya pada mereka.

“wah calon lo cakep juga dan”

“iya dong, bisaan ya” ucap Zidan sembari merangkul Rasya.

Rasya mencubit kecil tangan Zidan.

“sakit ai kamu”

“lagian gak jelas banget omongannya”

“ya aku cuma bercanda”

“bercandanya bisa bikin salah paham”

“biarin bagus kalo kamu beneran jadi calon aku”

Rasya menginjak kaki Zidan.

“aww sakit”

“syukurin, ngeselin sih”

Zidan tidak tinggal diam, dia mengacak-ngacak surai Rasya yang sudah tertata rapih.

“zidan!”

“wleee” Zidan menjulurkan lidahnya,meledek Rasya yang terlihat sangat kesal.

“ngeselin banget sih, aku mau ke toilet dulu” pamit Rasya.

“hahaha jangan lama”

Rasya menelusuri setiap lorong disana, ternyata mencari toilet disana cukup sulit.

Sesampainya di ujung lorong, Rasya melihat seseorang yang ia kenal sedang bercumbu dengan wanita disana.

“karel?!”

Lelaki yang diteriaki namanya terkejut, ia melihat Rasya sedang berdiri dengan pipi yang basah karena air mata.

“asa?”

Rasya tidak menjawab, ia perlahan berjalan mundur.

“asa, kenapa kamu ada disini?” Karel mencoba mendekat namun Rasya terus berjalan mundur.

Hingga akhirnya Rasya berlari menjauh.

Karel ingin mengejar namun Naura menahan tangannya.

“jangan dikejar”

“lepasin, gue harus kejar dia”

Karel menepis kasar tangan Naura, ia berlari mengejar Rasya yang sudah jauh.

#tertangkap basah

-

TW // cheating, kissing

Rasya datang ke acara kelulusan fakultas kedokteran.

Matanya tidak bisa bohong, ia mencari keberadaan Karel.

“nyari mantan nih” sindir Zidan.

“gak tuh”

“itu mata gak bisa bohong celingak celinguk kayak maling jemuran”

“aku tuh cari makanan” ucap Rasya ngeles.

“aku aku, di chat mah galak lo gue”

“ya maaf, emosi suka kadang begitu”

Zidan mengajak Rasya untuk berkeliling, menyapa teman-temannya dan memperkenalkan Rasya pada mereka.

“wah calon lo cakep juga dan”

“iya dong, bisaan ya” ucap Zidan sembari merangkul Rasya.

Rasya mencubit kecil tangan Zidan.

“sakit ai kamu”

“lagian gak jelas banget omongannya”

“ya aku cuma bercanda”

“bercandanya bisa bikin salah paham”

“biarin bagus kalo kamu beneran jadi calon aku”

Rasya menginjak kaki Zidan.

“aww sakit”

“syukurin, ngeselin sih”

Zidan tidak tinggal diam, dia mengacak-ngacak surai Rasya yang sudah tertata rapih.

“zidan!”

“wleee” Zidan menjulurkan lidahnya,meledek Rasya yang terlihat sangat kesal.

“ngeselin banget sih, aku mau ke toilet dulu” pamit Rasya.

“hahaha jangan lama”

Rasya menelusuri setiap lorong disana, ternyata mencari toilet disana cukup sulit.

Sesampainya di ujung lorong, Rasya melihat seseorang yang ia kenal sedang bercumbu dengan wanita disana.

“karel?!”

Lelaki yang diteriaki namanya terkejut, ia melihat Rasya sedang berdiri dengan pipi yang basah karena air mata.

“asa?”

Rasya tidak menjawab, ia perlahan berjalan mundur.

“asa, kenapa kamu ada disini?” Karel mencoba mendekat namun Rasya terus berjalan mundur.

Hingga akhirnya Rasya berlari menjauh.

Karel ingin mengejar namun Naura menahan tangannya.

“jangan dikejar”

“lepasin, gue harus kejar dia”

Karel menepis kasar tangan Naura, ia berlari mengejar Rasya yang sudah jauh.

#pergi

-

Rasya membereskan barang-barangnya, ia berniat untuk keluar dari rumah ini.

Karel terus mencoba untuk menahannya namun Rasya tetap akan pergi.

“aku minta maaf, aku terlalu terbakar api cemburu. aku gak mau kehilangan kamu lagi rasya”

“lo udah kehilangan gue dari 6 tahun yang lalu karel, jangan tahan gue”

Karel mencengkram tangan Rasya.

“aku mohon, jangan tinggalin aku lagi. aku hampir gila waktu kamu tinggalin aku”

“hampir kan? gak gila beneran? lepasin tangan lo”

Karel malah semakin mengencangkan cengkramannya.

“jangan pergi, aku mohon jangan pergi. kamu sumber kebahagiaan aku, pikirin rigel sayang. dia bakal sesedih apa waktu dipisahin sama ayahnya”

“rigel gak punya ayah, selama 6 tahun hidup rigel cuma punya satu papah”

Rasya berjalan cepat menuju sembari membawa semua barang-barangnya saat mendengar pintu terbuka.

“rasya, tolong pikirin lagi baik-baik” ucap Ilene sembari menepuk punggung Rigel yang tertidur dalam gendongannya.

Rasya mengambil Rigel dari gendongan Ilene ke dalam gendongannya.

Pergerakan tiba-tiba dari Rasya membuat Rigel terbangun.

Tanpa pamit, Rasya pergi dari kediaman Karel.

Sang dominan akan mengejarnya namun sang ibu menahannya.

“jangan tahan karel mah, karel harus kejar rasya”

“jangan sekarang, kalian lagi sama-sama emosi. besok lagi aja ya sayang”

“gak bisa mah, aku mau rasya. aku mau rasya tetep disini sama aku, nanti rasya makin jauh mah, ayo kita kejar dia”

Ilene meneteskan air matanya, ia tak tega melihat anaknya seperti ini lagi.

“mah ayo mah, karel gak mau kehilangan rasya lagi. karel sayang banget sama rasya mah ayo kejar keburu makin jauh” ucap Karel sembari menarik-narik tangan Ilene seperti anak kecil.

Ilene semakin menangis dibuatnya, Karel anak semata wayangnya. Harus kehilangan cintanya untuk yang kedua kalinya.

#memori

-

Rasya dibuat panik saat Karel mendorongnya masuk ke dalam kamar.

“mas?”

Karel diam, ia perlahan mendekat ke arah Rasya yang terlihat sangat ketakutan.

“mas karel kenapa? jangan bikin aku takut mas”

Karel tidak menjawab, ia menangkup pipi Rasya.

Tangannya mengelus pipi gembul Rasya yang mana membuat pemuda mungil itu melongo.

Usapan Karel pada pipinya begitu lembut, ibu jari Karel mengusap belah bibir Rasya pelan.

Mata Rasya tak lepas dari Karel, wajahnya terlihat tenang tidak seemosi tadi saat sedang menyetir.

Apakah Karel sudah melupakan amarahnya dan bersikap manis lagi padanya?

plak!

Dalam hitungan detik wajah Rasya menoleh ke kanan, pipinya panas. Tamparan yang Karel berikan pastinya akan membekas di pipinya.

“karel?!”

“kenapa kamu masih deket deket sama hadian?”

“aku bahkan gak kenal sama hadian, aku lupa hadian siapa”

Tangan Karel terangkat untuk menjambak helaian halus surai Rasya, membuat pemiliknya sontak mengadah mengikuti sumber tarikan.

Rasya meringis menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya tiba-tiba, tarikan Karel tidak main-main.

“biar aku ingetin, hadian itu selingkuhan kamu! selingkuhan kamu rasya!”

“sakit karel”

Karel mengendurkan jambakannya dan mengusap halus surai Rasya.

“hati aku lebih sakit sayang”

“tapi aku beneran gak kenal sama hadian, aku gak selingkuh sama dia”

“bohong!” bentak Karel.

Kini tubuh Rasya diseret paksa menuju ranjang. Mata Rasya membulat kala dirinya berada di kungkungan Karel, air matanya mengalir.

“karel, lepasin”

Tangan Rasya mencengkram kemeja Karel dan menahan pria tersebut untuk tidak mendekat.

Dapat dirasakan nafas hangat pria tinggi itu menerpa pipinya, mata itu menatapnya dengan santai tidak seperti Rasya yang merasa ketakutan.

Dengan tak terduga Karel merobek kemeja yang dikenakannya dengan cepat, tubuhnya seketika merasakan dingin.

“kar- hmpp”

Mulutnya dibungkam dengan bibir pria tinggi itu, Rasya menangis dalam cumbuannya.

Kepalanya mulai berdenyut, ia berusaha memukul dada Karel namun pria itu seakan tak peduli.

Tangan Karel mengelus perut rata tersebut, turun menuju celana Rasya sementara sang pemilik masih berusaha untuk berontak.

Tanpa kesulitan celana yang Rasya kenakan dilepasnya.

Kepala Rasya semakin berdenyut karena di kepalanya terputar kejadian yang sama saat 6 tahun yang lalu.

Dengan sisa tenaga yang ia punya, Rasya mendorong Karel agar melepaskan cumbuannya.

“kenapa sayang? nikmatin aj-”

plak!

Rasya menampar pipi Karel dengan kuat.

“brengsek”

“rasya?”

“lo brengsek karel, 6 tahun yang lalu lo giniin gue. sekarang lo mau giniin gue lagi? lo mau rusak gue lagi iya?!”

“rasya? kamu inget semuanya?”

“bunuh gue aja rel, daripada terus-terusan lo siksa gue dengan cara kayak gini mending bunuh gue sekalian. gue lebih baik mati”

Ingatan Rasya sudah kembali.

memori

-

Rasya dibuat panik saat Karel mendorongnya masuk ke dalam kamar.

“mas?”

Karel diam, ia perlahan mendekat ke arah Rasya yang terlihat sangat ketakutan.

“mas karel kenapa? jangan bikin aku takut mas”

Karel tidak menjawab, ia menangkup pipi Rasya.

Tangannya mengelus pipi gembul Rasya yang mana membuat pemuda mungil itu melongo.

Usapan Karel pada pipinya begitu lembut, ibu jari Karel mengusap belah bibir Rasya pelan.

Mata Rasya tak lepas dari Karel, wajahnya terlihat tenang tidak seemosi tadi saat sedang menyetir.

Apakah Karel sudah melupakan amarahnya dan bersikap manis lagi padanya?

plak!

Dalam hitungan detik wajah Rasya menoleh ke kanan, pipinya panas. Tamparan yang Karel berikan pastinya akan membekas di pipinya.

“karel?!”

“kenapa kamu masih deket deket sama hadian?”

“aku bahkan gak kenal sama hadian, aku lupa hadian siapa”

Tangan Karel terangkat untuk menjambak helaian halus surai Rasya, membuat pemiliknya sontak mengadah mengikuti sumber tarikan.

Rasya meringis menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya tiba-tiba, tarikan Karel tidak main-main.

“biar aku ingetin, hadian itu selingkuhan kamu! selingkuhan kamu rasya!”

“sakit karel”

Karel mengendurkan jambakannya dan mengusap halus surai Rasya.

“hati aku lebih sakit sayang”

Kini tubuh Rasya diseret paksa menuju ranjang. Mata Rasya membulat kala dirinya berada di kungkungan Karel, air matanya mengalir.

“karel, lepasin”

Tangan Rasya mencengkram kemeja Karel dan menahan pria tersebut untuk tidak mendekat.

Dapat dirasakan nafas hangat pria tinggi itu menerpa pipinya, mata itu menatapnya dengan santai tidak seperti Rasya yang merasa ketakutan.

Dengan tak terduga Karel merobek kemeja yang dikenakannya dengan cepat, tubuhnya seketika merasakan dingin.

“kar- hmpp”

Mulutnya dibungkam dengan bibir pria tinggi itu, Rasya menangis dalam cumbuannya.

Kepala mulai berdenyut, ia berusaha memukul dada Karel namun pria itu seakan tak peduli.

Tangan Karel mengelus perut rata tersebut, turun menuju celana Rasya sementara sang pemilik masih berusaha untuk berontak.

Tanpa kesulitan celana yang Rasya kenakan dilepasnya.

Kepala Rasya semakin berdenyut karena di kepalanya terputar kejadian yang sama saat 6 tahun yang lalu.

Dengan sisa tenaga yang ia punya, Rasya mendorong Karel agar melepaskan cumbuannya.

“kenapa sayang? nikmatin aj-”

plak!

Rasya menampar pipi Karel dengan kuat.

“brengsek”

“rasya?”

“lo brengsek karel, 6 tahun yang lalu lo giniin gue. sekarang lo mau giniin gue lagi? lo mau rusak gue lagi iya?!”

“rasya? kamu inget semuanya?”

“bunuh gue aja rel, daripada terus-terusan lo siksa gue dengan cara kayak gini mending bunuh gue sekalian. gue lebih baik mati”

Ingatan Rasya sudah kembali.

basah

-

Sekala datang ke rumah Jelio dengan keadaan yang mengenaskan, wajahnya penuh luka dan badannya basah kuyup.

“astaga sekala, kenapa bisa kayak gini?”

Sekala tidak menjawab, ia malah menarik Jelio ke dalam pelukannya.

Jelio terkejut dengan gerakan Sekala yang tiba-tiba.

“sekala?”

“biarin gini dulu, sekala butuh energi” ucapnya sembari mengelus belakang kepala Jelio.

Jelio membiarkan Sekala memeluknya, tangannya mulai mengelus punggung Sekala.

“udahan dulu pelukannya, kamu dingin”

Sekala melepas pelukannya, kedua tangannya menangkup pipi Jelio.

Ibu jarinya mengelus bibir laki-laki mungil itu.

“dia belum cium kamu kan?”

“belum kok, dia juga langsung minta maaf”

“syukur deh, sekala udah pukulin harsa”

“kenapa dipukulin? harsa kan temen sekala, jelio gak mau kalian berantem cuma garagara jelio”

Sekala tersenyum sembari mengelus pelan pipi Jelio.

“biar kapok, biar dia gak kayak gitu lagi. makasih udah ngadu ke sekala”

“makasih juga udah mau belain jelio sampe sekala luka kayak gini, ayo diobatin dulu sekalian ganti baju sama keringin rambutnya”

Jelio menarik tangan Sekala untuk masuk ke dalam rumah, namun Sekala menahan tangannya.

Jelio mengernyit bingung saat Sekala menggenggam tangannya.

“jelio, sekala gak pandai ngungkapin perasaan lewat kata-kata. tapi jelio harus tau kalo sekala sayang sama jelio, sekala cinta sama jelio”

Jelio terkejut, ia tidak menyangka jika Sekala akan mengungkapkan perasaannya hari ini.

“sekala tau ini terlalu cepat buat nembak, tapi sekala gak bisa nahan perasaan ini lagi, sekala takut jelio keburu diambil orang. jelio harus tau kalo sekala udah jatuh cinta sama jelio sejak pandangan pertama”

“sekala seneng banget disaat orang lain berusaha dapetin hati jelio, jelio malah posting foto sekala dan bilang kalo sekala itu pacarnya jelio”

Jelio menginjak kaki Sekala “jangan dibahas ih malu”

“hahahaha abis jelio lucu banget”

“nyebelin” ucap Jelio.

“jadi gimana nih, cupcakes?”

“gimana apa?”

“mau gak jadi pacarnya sekala?”

Jelio tak bisa menahan senyumannya, ia seperti sedang ditembak oleh anak SMP.

“jawab malah senyam senyum”

“mau”

“mau apa?”

“jelio mau jadi pacarnya sekala” jawab Jelio dengan wajah yang memerah.

Sekala tersenyum senang, ia tak menyangka kalau Jelio akan menerima cintanya.

“boleh peluk gak?”

“gak boleh, sekala dingin mending ganti baju dulu”

“kalo udah ganti baju boleh peluk?”

“boleh”

Begitulah percakapan pertama mereka yang sudah menjadi sepasang kekasih.

trauma baru

-

Farel dengan ragu masuk ke dalam kamar Jiovariel.

Sudah sebulan ia tak mengunjungi kekasih mungilnya itu.

Farel hanya belum siap, ia tak tega melihat Jiovariel yang sangat rapuh.

“hai”

“kak araaaa”

Jiovariel berlari ke arah Farel dan memeluknya dengan erat.

“kak ara, iel kangen banget sama kak ara”

Farel tersenyum miris, rupanya Jiovariel merindukan Segara bukan dirinya.

“kak ara kok diem aja? kak ara gak kangen iel ya?” Jiovariel mendongak untuk menatap mata lelaki yang sebulan ini ia rindukan.

Farel tersenyum sembari mengelus kepala Jiovariel dengan lembut.

“kangen kok”

“kalo kangen kenapa kak ara gak nyamperin iel? malah ada di kamar sebelah”

Farel bungkam, ia bingung harus menjelaskannya darimana.

“kak ara kenapa sih diem aja”

“iel, aku bukan kak ara sayang. aku ael” ucap Farel membuat Jiovariel bingung.

“kak ara jangan gitu, farel udah meninggal kak jangan bawa bawa orang yang udah gak ada”

“tapi aku beneran ael, ael masih hidup. ael disini”

“kak ara bohong, ael udah gak ada kak. iel udah ikhlasin kepergian ael, kak ara jangan ngungkit lagi”

“iel, kak ara itu gak ada”

“dimana kak ara? iel mau ketemu kak ara, ael dimana kak ara?” tangis Jiovariel semakin kencang, ia juga terus menerus memukuli dada Farel.

Farel berusaha menggenggam tangan Jiovariel “stop iel, kak ara itu gak ada”

“kak ara mana?! iel mau ketemu kak ara, iel sayang kak ara!”

“iel, ara itu gak ada!” bentak Farel.

Mila dibuat panik saat melihat Jiovariel dan Farel sama sama tidak bisa dikendalikan.

“ael disini iel, bisa bisanya iel bilang ael udah gak ada?! iel nyakitin hati ael banget”

“iel gak butuh ael lagi, iel butuh kak ara”

Mahen datang untuk membawa Farel keluar dari sana.

“bang, iel gak percaya gue masih idup bang. dia malah nyebut nyebut segara”

“tenang ya farel, kita keluar dulu dari sini”

“gak bisa bang, dia harus tau kalo segara itu gak ada”

“kak ara ada! kak ara ada!” teriak Jiovariel.

“gak ada!”

“jahat, kenapa bentak iel?!”

“ael jahat! iel mau kak ara!”

Mahen dan Mila segera menyuntikan obat penenang pada Farel dan Jiovariel.

Mereka tidak bisa membiarkan Farel dan Jiovariel bertengkar, karena bisa menimbulkan trauma baru.