enhipain

bersalah

#bersalah

-

Rasya datang ke acara pernikahan Zidan, didampingi oleh Winna di sebelahnya sembari menggandeng tangan Rigel.

“zidaaan, selamat ya akhirnya nikah juga”

“makasih, kamu juga cepet nikah dong biar rigel punya papah baru” ucap Zidan.

“hahaha enggak deh, rigel punya satu papah juga kayaknya cukup kok”

“ohh jadi ini kak rasya yang sering diceritain sama kak zidan dulu” celetuk Juan, Rasya mengernyit.

“sering diceritain? emang si zidan sering ceritain aku apa?” tanya Rasya ingin tahu.

“katanya dulu kak zidan naksir kak rasya tapi susah buat-” Juan berhenti mengoceh karena Zidan membungkam mulutnya.

“jangan didengerin, emang suka ngaco anaknya hehe. sana makan dulu kasian rigel kayaknya laper tuh” usir Zidan padanya.

“huh yaudah deh, sekali selamat ya buat kalian berdua semoga-” Rasya tidak melanjutkan kata-katanya karena Zidan mendorong tubuhnya.

“hehe iya makasih udah sana makan dulu”

Rasya merasa kesal, ia kan belum selesai bicara kenapa Zidan malah mengusirnya.

“haha udah ayo makan aja mending, zidannya malu tuh kayaknya” ucap Winna, Rasya mengangguk.

Kini mereka berdua sudah duduk di salah satu bangku dekat stand makanan, Rasya sibuk menyuapi Rigel.

“awyah!” ucap Rigel, mulutnya penuh oleh makanan sehingga ucapannya itu tidak terdengar jelas.

“kenapa rigel?” tanya Rasya, Rigel menunjuk ke depan sembari melompat-lompat kecil di kursinya.

Rasya melihat ke arah yang ditunjuk Rigel, disana Rasya melihat pria yang sangat ia benci.

Karel.

Karel terdiam, matanya menatap lurus ke arah pria mungil yang memasang wajah datar.

“karel? liat apa?” tanya Ilene.

“rasya”

“rasya? loh iya ada rigel juga, samperin gih”

Karel menggeleng “karel takut rasya malah kabur lagi”

“coba dulu ya sayang, samperin dulu. kalo rasya kabur boleh kamu kejar kok”

Menarik nafas panjang, Karel berjalan perlahan mendekati Rasya.

“ayah! ayah!”

Karel tersenyum melihat Rigel yang melompat-lompat kecil, lucu.

“hai” sapa Karel.

“hai”

“boleh ngobrol sebentar?”

“boleh, tapi disini aja”

“ayah! gendong” Rigel memeluk kaki panjang milik Karel.

“boleh?” tanya Karel, Rasya mengangguk.

Dengan hati-hati Karel menggendong Rigel, dilihat dari raut wajahnya. Karel terlihat sangat bahagia saat menggendong Rigel.

“anak ganteng ayah, apa kabar?”

“baik, igel kangen ayah”

“ayah juga kangen igel” ucap Karel sembari mengelus lembut pipi Rigel.

Mata Rasya berkaca-kaca, Winna melihatnya. Dengan sigap wanita cantik itu langsung mengelus punggung Rasya.

Karel mengernyit saat melihat punggung Rasya dielus oleh wanita yang tidak ia kenali.

Winna tersenyum canggung “jangan salah paham, saya istrinya Hadian hehe”

Menghela nafas, hampir saja Karel salah paham.

“rasya, aku cuma mau minta maaf sama semua perbuatan buruk yang udah aku lakuin ke kamu. aku tau maaf aja gak akan cukup buat ngobatin rasa sakit kamu. tapi aku bener-bener nyesel, aku minta maaf sebesar-besarnya”

Rasya menggigit bibir bawahnya, menahan air matanya agar tidak keluar.

Rupanya untuk memaafkan saja rasanya sangat sulit bagi Rasya.

“aku gak bisa kalo harus tanpa kamu, aku sayang banget sama kamu rasya. jika kamu berkenan, tolong kembali. aku bakal perbaiki semuanya, aku bakal berubah demi kamu, ayo kita hidup bersama-sama lagi”

Rasya tidak menjawab, Karel menurunkan Rigel dari gendongannya.

Lelaki tinggi itu berlutut di hadapan Rasya.

“karel kamu apaan sih? berdiri rel, malu”

Semua tamu termasuk pengantin menyaksikan bagaimana perjuangan Karel untuk mendapatkan maaf dari Rasya.

“berdiri karel, kalo kamu gitu terus aku gak bakal maafin kamu”

Karel berdiri, pandangan mereka bertemu.

Rasya tidak bisa menahan air matanya lagi, ia menangis.

Dengan lancang, tangan Karel menangkup pipi Rasya hanya untuk menghapus air matanya.

“maaf rasya, maaf, maaf, maaf, maafin aku” lirih Karel.

“aku maafin kamu karel”

Rasya memaafkan Karel secepat itu, ia hanya ingin cepat-cepat pulang karena ia merasa kepalanya sangat sakit.

“rasya? kamu mimisan sayang” ucap Karel sembari menghapus darah yang mengalir dari hidung pria mungil itu.

“kita ke rumah sakit sekarang ya”

“aku gapapa karel, cuma mimisan biasa kok”

Karel mengelus hidung Rasya dengan lembut, ia membiarkan darah yang keluar dari hidung Rasya menempel di jari-jarinya.

“makasih rasya, makasih banyak udah maafin aku”

“tapi karel. kalo buat kembali bersama, maaf aku gak bisa”

“kenapa?”

Rasya menggeleng, ia bingung harus menjawab apa.

“kamu boleh kok ketemu rigel, kamu juga boleh bawa rigel main kemana pun. aku kasih izin”

Karel menggeleng “bukan itu yang aku mau rasya, aku cuma pengen kamu balik, kita hidup bersama-sama lagi, kita urus rigel bareng-bareng sampai dia dewasa”

Rasya menggenggam tangan Karel yang masih setia menangkup pipinya.

“maaf, karel” Rasya melepaskan tangan Karel, ia berbalik dan melangkah pergi. meninggalkan Karel yang memanggil-manggil namanya.

“udah ya sayang, udah gapapa. jangan ditahan terus” ucap Ilene menenangkan anak semata wayangnya.

“rasya mah, rasya pergi. karel gak mau rasya pergi”

“ikhlas ya sayang, yang penting rasya udah izinin kamu buat ketemu sama rigel”

“karel gak mau itu mah, karel cuma mau rasya. karel cuma mau rasya ada di sisi karel lagi”

di sore itu, Karel tak henti-hentinya menangis dipelukan sang ibu.