memori

-

Rasya dibuat panik saat Karel mendorongnya masuk ke dalam kamar.

“mas?”

Karel diam, ia perlahan mendekat ke arah Rasya yang terlihat sangat ketakutan.

“mas karel kenapa? jangan bikin aku takut mas”

Karel tidak menjawab, ia menangkup pipi Rasya.

Tangannya mengelus pipi gembul Rasya yang mana membuat pemuda mungil itu melongo.

Usapan Karel pada pipinya begitu lembut, ibu jari Karel mengusap belah bibir Rasya pelan.

Mata Rasya tak lepas dari Karel, wajahnya terlihat tenang tidak seemosi tadi saat sedang menyetir.

Apakah Karel sudah melupakan amarahnya dan bersikap manis lagi padanya?

plak!

Dalam hitungan detik wajah Rasya menoleh ke kanan, pipinya panas. Tamparan yang Karel berikan pastinya akan membekas di pipinya.

“karel?!”

“kenapa kamu masih deket deket sama hadian?”

“aku bahkan gak kenal sama hadian, aku lupa hadian siapa”

Tangan Karel terangkat untuk menjambak helaian halus surai Rasya, membuat pemiliknya sontak mengadah mengikuti sumber tarikan.

Rasya meringis menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya tiba-tiba, tarikan Karel tidak main-main.

“biar aku ingetin, hadian itu selingkuhan kamu! selingkuhan kamu rasya!”

“sakit karel”

Karel mengendurkan jambakannya dan mengusap halus surai Rasya.

“hati aku lebih sakit sayang”

Kini tubuh Rasya diseret paksa menuju ranjang. Mata Rasya membulat kala dirinya berada di kungkungan Karel, air matanya mengalir.

“karel, lepasin”

Tangan Rasya mencengkram kemeja Karel dan menahan pria tersebut untuk tidak mendekat.

Dapat dirasakan nafas hangat pria tinggi itu menerpa pipinya, mata itu menatapnya dengan santai tidak seperti Rasya yang merasa ketakutan.

Dengan tak terduga Karel merobek kemeja yang dikenakannya dengan cepat, tubuhnya seketika merasakan dingin.

“kar- hmpp”

Mulutnya dibungkam dengan bibir pria tinggi itu, Rasya menangis dalam cumbuannya.

Kepala mulai berdenyut, ia berusaha memukul dada Karel namun pria itu seakan tak peduli.

Tangan Karel mengelus perut rata tersebut, turun menuju celana Rasya sementara sang pemilik masih berusaha untuk berontak.

Tanpa kesulitan celana yang Rasya kenakan dilepasnya.

Kepala Rasya semakin berdenyut karena di kepalanya terputar kejadian yang sama saat 6 tahun yang lalu.

Dengan sisa tenaga yang ia punya, Rasya mendorong Karel agar melepaskan cumbuannya.

“kenapa sayang? nikmatin aj-”

plak!

Rasya menampar pipi Karel dengan kuat.

“brengsek”

“rasya?”

“lo brengsek karel, 6 tahun yang lalu lo giniin gue. sekarang lo mau giniin gue lagi? lo mau rusak gue lagi iya?!”

“rasya? kamu inget semuanya?”

“bunuh gue aja rel, daripada terus-terusan lo siksa gue dengan cara kayak gini mending bunuh gue sekalian. gue lebih baik mati”

Ingatan Rasya sudah kembali.