-
Hadian yang sedang mencuci tangan merasa aneh dengan toilet paling ujung.
Ia mendengar suara, seperti orang sedang menangis.
Perlahan mendekati pintu tersebut lalu mengetuknya.
tok tok
“ada orang di dalem?”
“meong“
“lah? jangan bercanda mas, toiletnya mau dipake nih” ucap Hadian bohong.
Mau tak mau Rasya keluar dari keluar dari bilik toilet, dengan keadaan sedikit mengenaskan.
Matanya sembab, hidungnya merah, dan pipinya basah.
“Rasya?”
“iya aku hehe”
“kenapa nangis?”
“gapapa, lagi ekting”
Hadian terkekeh mendengar jawaban Rasya, pria mungil ini tidak berubah.
Masih lucu seperti saat SMA dulu.
Hadian mendekat ke arah Rasya, hanya ingin mengelus surainya saja agar ia merasa lebih baik.
Rasya melotot saat Hadian menangkup pipinya, ibu jarinya mengelus pipi pria mungil itu untuk mengusap air matanya.
“jangan nangis lagi ya, nanti matanya ilang loh kalo kebanyakan nangis” ucap Hadian.
“hah serius?!”
“iya, makanya jangan nangis lagi ya”
brak!
“karel?”
Pelaku pendobrakan pintu toilet adalah Karel, ia melihat Hadian sedang menangkup pipi pujaan hatinya.
“brengsek”
bugh!
“karel! kamu apa apaan sih?!”
Rasya terkejut saat Karel tiba-tiba melayangkan tinju pada wajah Hadian.
“bagus ya selingkuh di toilet”
“aku gak selingkuh, lagian kenapa kamu harus marah? sana temuin si naura” usir Rasya padanya.
Karel mengeraskan rahangnya, ia menarik paksa Rasya untuk keluar dari toilet.
“karel apaan sih jangan tarik-tarik! aku mau obatin Hadian-”
“diem!”
Rasya terdiam saat Karel membentaknya, ini pertama kali baginya.
Selama hidup bersama, Karel tak pernah membentak Rasya.
Kaki mungil Rasya sedikit kesulitan mengikuti langkah besar Karel.
Ia bingung sebenarnya Karel akan membawanya kemana?
-
Karel membawa Rasya ke rumah.
Tangannya mencengkram erat lengan Rasya, membuat pria mungil itu meringis kesakitan.
“lepas!”
Pemuda mungil itu terus meronta, menatap tajam pemuda di depannya.
Mukanya memerah karena amarah yang semakin meletup kala matanya penatap mata pemuda tinggi di depannya.
“lepasin anjing!”
Karel mendekat ke arah Rasya, tangannya mengelus pipi Rasya dengan lembut.
“kasar banget sayang ngomongnya, ini bukan rasya yang aku kenal. rasya si anak baik, rasya anak manis gak pernah ngomong kasar”
“bacot” ucap Rasya sembari menepis kasar tangan Karel.
Tangan besar itu kembali terangkat, tangan itu menjambak helaian halus surai Rasya. Membuat pemiliknya sontak mengadah mengikuti sumber tarikan.
“apa-apaan sih karel, lepasin gak? sakit tau!”
Rasya meringis menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya, Karel malah semakin kuat menarik helaian halus surai Rasya.
Dada Rasya naik turun, matanya menatap tajam Karel yang terlihat datar. Sepertinya Karel sudah dipenuhi oleh amarah.
“karel aku mohon, lepasin aku”
Karel mengendurkan jambakannya dan mengusap halus surai Rasya “maaf sayang, aku gak akan gini kalo kamu gak selingkuh-”
cuih
Rasya meludahi wajah Karel, ia tak terima dibilang selingkuh padahal yang jelas-jelas selingkuh adalah Karel sendiri.
Karel terkekeh, rupanya Rasya telah membangunkan singa dari tidur panjangnya.
Karel kembali menjambak rambut Rasya dengan kuat “udah berani ya sekarang, minta maaf”
Rasya menggeleng.
“aku gak salah ngapain harus-”
Kesabaran Karel sudah habis, sang dominan menarik paksa rambut Rasya ke arah ranjang dan menghempaskannya dengan kasar.
Rasya terkejut, dikala laki-laki tinggi itu sudah berada di atasnya. Rasya menatap mata Karel yang sedang mengukungnya, berniat meminta tolong agar dilepaskan.
“karel.. hiks.. lepasin aku”
Tangan itu mengelus pipi Rasya dengan lembut, ibu jari Karel singgah di bibir lembut Rasya “sstt jangan nangis, nanti dada kamu sakit”
Dengan lancang, Karel mencumbu bibir pria mungil itu. Melumat dan menggigitnya.
Lidahnya masuk ke dalam mulut Rasya, mengajak pria mungil itu untuk perang lidah.
Karel merasa kesal karena Rasya tak mau membalas ciumannya.
Kini bibir sang dominan turun ke leher, lehernya diberi kecupan. Sedikit melumatnya untuk memberi tanda.
Karel menghentikan aktivitasnya, matanya menatap mata Rasya yang mengeluarkan banyak air mata.
Tangannya mengusap halus air mata tersebut lalu menangkup pipinya.
“jangan nangis, setelah ini aku bakal lepasin kamu”
Rasya mengangguk pelan, ia terlalu lugu untuk mengetahui apa yang dimaksud Karel. Yang ia tahu sebentar lagi Karel akan membiarkannya pulang.
Karel kembali mencumbu bibir halus itu, tangannya ia pakai untuk membuka pakaian yang dikenakan Rasya.
Rasya diam saja, membiarkan dirinya terjamah. Hingga kini tubuh keduanya sudah polos tanpa sehelai benang pun.
Karel menatap mata polos Rasya di bawah kungkungannya.
“sebentar lagi aku bakal lepasin kamu, sabar ya”
Rasya mengangguk.
“sekarang tutup mata kamu”
Rasya menuruti semua perintah Karel, ia memejamkan matanya.
“tahan”
“AKHH-”
cup!
Karel mencium bibir itu lagi, agar Rasya melupakan rasa sakit yang menyerang secara tiba-tiba di bawahnya.
Di siang itu terenggut sesuatu yang selama ini Rasya jaga.
Dulu Karel berjanji tidak akan merenggut itu sampai ia lulus kuliah dan menikahi Rasya.
Namun sekarang, Karel ingkar.