enhipain

sendirian.


Selama mengerjakan tugasnya, tidak ada yang berbeda dari Satria.

Cara bicaranya seperti biasa, tidak ketus atau membentak Hazel.

Apakah Satria sudah menyadari kalau Hazel tidak bersalah?

“udah beres zel, ayo pulang”

“ayo, keburu malem juga sampe rumahnya”

“maaf ya ngajaknya ke cafe yang jauh, soalnya disini bisa wi-fi” ucap Satria.

“iya gapapa, seenggakanya tugas kita udah beres”

“yaudah ayo pulang”

Tidak ada obrolan di sepanjang perjalanan mereka, hanya ada suara kendaraan yang berlalu lalang di sisi kanan dan kiri mereka.

Hazel sedikit segan untuk mengajak ngobrol Satria di atas motor, takut mengganggu konsentrasinya.

Selang beberapa waktu, Satria menghentikan motornya di jalan yang sepi.

Hazel mengernyit bingung. “kenapa? kok berhenti?”

“kayaknya motorku mogok deh”

“hah kok bisa?”

“gak tau”

Hazel menengok ke kanan dan ke kiri, niatnya untuk mencari bantuan pada orang yang lewat. Namun tak ada satupun kendaraan yang lewat.

“hazel tunggu disini dulu ya? satria mau dorong motor ke depan, seinget satria di depan ada bengkel”

“hazel ikut”

“hazel disini aja, satria cuma sebentar kok ntar balik lagi”

Hazel sedikit ragu, tempatnya sepi sekali. Ia takut akan ada orang jahat datang.

“cuma sebentar kok, nanti satria langsung lari kesini lagi nyamperin hazel”

“hazel boleh minjem hp satria gak? hazel mau kabarin kak hilmy”

“ngapain ngabarin dia?”

“siapa tau kak hilmy lagi di sekitar sini terus bisa bantu benerin motor satria”

“gak usah, satria ke bengkel aja. lagian hp satria juga mati tadi abis batre”

“emm gitu ya”

“hazel tunggu sebentar ya” ucap Satria, mau tak mau Hazel mengangguk pasrah.

Satria mendorong motornya, Hazel terus memperhatikan punggung Satria yang semakin lama semakin jauh.

Dirasa sudah tak terlihat lagi oleh Hazel, Satria mulai menyalakan motornya dan meninggalkan Hazel sendirian di jalanan sepi itu.

sendirian.


Selama mengerjakan tugasnya, tidak ada yang berbeda dari Satria.

Cara bicaranya seperti biasa, tidak ketus atau membentak Hazel.

Apakah Satria sudah menyadari kalau Hazel tidak bersalah?

“udah beres zel, ayo pulang”

“ayo, keburu malem juga sampe rumahnya”

“maaf ya ngajaknya ke cafe yang jauh, soalnya disini bisa wi-fi” ucap Satria.

“iya gapapa, seenggakanya tugas kita udah beres”

“yaudah ayo pulang”

Tidak ada obrolan di sepanjang perjalanan mereka, hanya ada suara kendaraan yang berlalu lalang di sisi kanan dan kiri mereka.

Hazel sedikit segan untuk mengajak ngobrol Satria di atas motor, takut mengganggu konsentrasinya.

Selang beberapa waktu, Satria menghentikan motornya di jalan yang sepi.

Hazel mengernyit bingung. “kenapa? kok berhenti?”

“kayaknya motorku mogok deh”

“hah kok bisa?”

“gak tau”

Hazel menengok ke kanan dan ke kiri, niatnya untuk mencari bantuan pada orang yang lewat. Namun tak ada satupun kendaraan yang lewat.

“hazel tunggu disini dulu ya? satria mau dorong motor ke depan, seinget satria di depan ada bengkel”

“hazel ikut”

“hazel disini aja, satria cuma sebentar kok ntar balik lagi”

Hazel sedikit ragu, tempatnya sepi sekali. Ia takut akan ada orang jahat datang.

“cuma sebentar kok, nanti satria langsung lari kesini lagi nyamperin hazel”

“hazel boleh minjem hp satria gak? hazel mau kabarin kak hilmy”

“ngapain ngabarin dia?”

“siapa tau kak hilmy lagi di sekitar sini terus bisa bantu benerin motor satria”

“gak usah, satria ke bengkel aja. lagian hp satria juga mati tadi abis batre”

“emm gitu ya”

“hazel tunggu sebentar ya” ucap Satria, mau tak mau Hazel mengangguk pasrah.

Satria mendorong motornya, Hazel terus memperhatikan punggung Satria yang semakin lama semakin jauh.

Dirasa sudah tak terlihat lagi oleh Hazel, Satria mulai menyalakan motornya dan meninggalkan Hazel sendirian di jalanan sepi itu.

sendirian


Selama mengerjakan tugasnya, tidak ada yang berbeda dari Satria.

Cara bicaranya seperti biasa, tidak ketus atau membentak Hazel.

Apakah Satria sudah menyadari kalau Hazel tidak bersalah?

“udah beres zel, ayo pulang”

“ayo, keburu malem juga sampe rumahnya”

“maaf ya ngajaknya ke cafe yang jauh, soalnya disini bisa wi-fi” ucap Satria.

“iya gapapa, seenggakanya tugas kita udah beres”

“yaudah ayo pulang”

Tidak ada obrolan di sepanjang perjalanan mereka, hanya ada suara kendaraan yang berlalu lalang di sisi kanan dan kiri mereka.

Hazel sedikit segan untuk mengajak ngobrol Satria di atas motor, takut mengganggu konsentrasinya.

Selang beberapa waktu, Satria menghentikan motornya di jalanan sepi.

Hazel mengernyit bingung. “kenapa? kok berhenti?”

“kayaknya motorku mogok deh”

“hah kok bisa?”

“gak tau”

Hazel menengok ke kanan dan ke kiri, niatnya untuk mencari bantuan pada orang yang lewat. Namun tak ada kendaraan yang lewat satupun.

“hazel tunggu disini dulu ya? satria mau dorong motor ke depan, seinget satria di depan ada bengkel”

“hazel ikut”

“hazel disini aja, satria cuma sebentar kok ntar balik lagi”

Hazel sedikit ragu, tempatnya sepi sekali. Ia takut akan ada orang jahat datang.

“cuma sebentar kok, nanti satria langsung lari kesini lagi nyamperin hazel”

“hazel boleh minjem hp satria gak? hazel mau kabarin kak hilmy”

“ngapain?”

“siapa tau kak hilmy lagi di sekitar sini terus bisa bantu motor satria”

“gak usah, satria ke bengkel aja. lagian hp satria juga mati tadi abis batre”

“emm gitu ya”

“hazel tunggu sebentar ya” ucap Satria, mau tak mau Hazel mengangguk pasrah.

Satria mendorong motornya, Hazel terus memperhatikan punggung Satria yang semakin lama semakin jauh.

Dirasa sudah tak terlihat lagi oleh Hazel, Satria mulai menyalakan motornya dan meninggalkan Hazel sendirian di jalanan sepi itu.

sendirian


Selama mengerjakan tugasnya, tidak ada yang berbeda dari Satria.

Cara bicaranya seperti biasa, tidak ketus atau membentak Hazel.

Apakah Satria sudah menyadari kalau Hazel tidak bersalah?

“udah beres zel, ayo pulang”

“ayo, keburu malem juga sampe rumahnya”

“maaf ya ngajaknya ke cafe yang jauh, soalnya disini bisa wi-fi” ucap Satria.

“iya gapapa, seenggakanya tugas kita udah beres”

“yaudah ayo pulang”

Tidak obrolan di sepanjang perjalanan mereka, hanya ada suara kendaraan yang berlalu lalang di sisi kanan dan kiri mereka.

Hazel sedikit segan untuk mengajak ngobrol Satria di atas motor, takut mengganggu konsentrasinya.

Selang beberapa waktu, Satria menghentikan motornya di jalanan sepi.

Hazel mengernyit bingung. “kenapa? kok berhenti?”

“kayaknya motorku mogok deh”

“hah kok bisa?”

“gak tau”

Hazel menengok ke kanan dan ke kiri, niatnya untuk mencari bantuan pada orang yang lewat. Namun tak ada kendaraan yang lewat satupun.

“hazel tunggu disini dulu ya? satria mau dorong motor ke depan, seinget satria di depan ada bengkel”

“hazel ikut”

“hazel disini aja, satria cuma sebentar kok ntar balik lagi”

Hazel sedikit ragu, tempatnya sepi sekali. Ia takut akan ada orang jahat datang.

“cuma sebentar kok, nanti satria langsung lari kesini lagi nyamperin hazel”

“hazel boleh minjem hp satria gak? hazel mau kabarin kak hilmy”

“ngapain?”

“siapa tau kak hilmy lagi di sekitar sini terus bisa bantu motor satria”

“gak usah, satria ke bengkel aja. lagian hp satria juga mati tadi abis batre”

“emm gitu ya”

“hazel tunggu sebentar ya” ucap Satria, mau tak mau Hazel mengangguk pasrah.

Satria mendorong motornya, Hazel terus memperhatikan punggung Satria yang semakin lama semakin jauh.

Dirasa sudah tak terlihat lagi oleh Hazel, Satria mulai menyalakan motornya dan meninggalkan Hazel sendirian di jalanan sepi itu.

salah paham


Hari ini Hazel menjadi pusat perhatian satu sekolah, rambutnya yang berubah dari hitam ke coklat gelap menjadi perbincangan disana.

“hazel nakal”

“kirain anak baik”

“tebar pesona banget”

Hazel bingung, emang apa salahnya jika mengecat rambut? Kayak yang dosa banget gitu.

“gak usah dipikirin” ucap Satria menenangkan.

“gak dipikirin kok”

“muka kamu gak bisa bohong”

“emang iya ya? kata kak hilmy juga mataku enggak bisa bohong”

“kamu polos banget sih hazel”

“kak hilmy juga bilang ajel polos”

Satria dibuat dongkol, Hazel selalu saja menyebut nama Hilmy di setiap obrolannya.

“hazel, bisa tolong ibu?” tanya sang guru di dekat pintu saat Hazel dan Satria melewati ruang guru.

“tolong apa ya bu?”

“tolong bawakan buku-buku di kelas 12 UPW 2 ya, ibu lupa tadi”

“saya saja yang ambilkan bu” ucap Satria.

“gapapa satria, ajel aja. satria ke kantin dulu gih keburu penuh”

“yaudah, kamu mau pesen apa?”

“samain aja kayak satria, ajel langsung ke lantai 3 ya”

Hazel berjalan sendirian menuju lantai 3, ia tak henti-hentinya menyapa kakak kelas yang berpas-pasan dengannya di koridor.

Pria mungil itu kaget saat melihat tumpukan buku yang banyak, tahu begini mending tadi minta tolong Satria saja.

Mau tak mau Hazel mengangkat semua buku itu sendirian.

Sebenarnya banyak sekali yang menawarkan diri untuk membantu Hazel, namun pria berambut coklat itu menolaknya. Takut ngerepotin.

Vianca diam-diam mengikuti Hazel dari belakang.

Dirasa sudah sepi, Vianca memberanikan diri untuk mendekati Hazel.

Terlalu ragu dengan rencana jahatnya, Vianca sampai tidak sadar jika Hazel menepi ke samping.

Dan yang terjadi adalah Vianca terjatuh dari tangga karena tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya.

“vianca!”

Satria berlari untuk melihat keadaan Vianca yang baru saja terjatuh dari tangga.

Wanita cantik itu tak sadarkan diri, darah mengalir dari ujung dahinya dan juga lututnya.

“pingsan, buruan bawa ke uks”

“kok bisa jatoh sih aca”

“kaget banget gue sumpah”

“didorong gak sih sama hazel”

“dendam kali tuh garagara dilaporin kalo dia ngecat rambut”

“gak banget deh hazel”

Bisik para siswa yang berada tak jauh dari tempat kejadian.

Satria mendengar itu semua namun bukan hal yang terlalu penting untuknya, ia segera menggendong Vianca untuk dibawa ke UKS.

Pria tinggi itu menatap sinis pada Hazel yang masih terdiam di dekat tangga.

Hazel tidak bergerak sama sekali dari tempatnya, ia masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

nemenin tidur


Hilmy tidak pergi untuk menemani Sheren, ia lebih memilih untuk menemani Hazel.

Chat dari Sheren pun ia abaikan, terlalu malas untuk berdebat. Nanti juga wanita itu akan luluh lagi padanya jika diberikan hadiah.

tok tok tok

“hazel?”

Tidak ada jawaban, Hilmy berpikir Hazel sudah tertidur tapi ia tetap membuka pintu kamar itu dengan pelan.

Gelap.

Kamar Hazel benar-benar gelap, anak itu tidak menyalakan senter di ponselnya.

Hilmy mengarahkan senternya pada ranjang, disana ia melihat gundukan selimut yang diyakini isinya adalah Hazel.

Suatu ide jahil muncul di kepala Hilmy, ia berjalan mengendap seolah-olah ia adalah penjahat.

Hilmy terkekeh pelan saat melihat gundukan selimut itu bergerak kecil, sepertinya Hazel sedang ketakutan di dalam sana.

Dengan jahil, Hilmy mengetuk-ngetuk meja yang terletak di sebelah ranjang milik Hazel.

“j-jangan culik ajel om, ajel makannya banyak” ucap Hazel dari dalam selimut, Hilmy tidak bisa menahan tawanya.

“culik anak lain aja om, ajel pasti ngerepotin nanti kalo udah diculik”

“hazel”

“eh?” Hazel sangat mengenali suara itu, ia langsung menyembulkan kepalanya sedikit untuk melihat apakah benar itu Hilmy atau bukan.

Ternyata benar, Hazel melihat Hilmy sudah berdiri di samping ranjangnya, pria tinggi itu juga sedang menertawakan dirinya.

“kak hilmyyy, gak lucu”

“hahahaha lucu banget reaksi lo”

“nyebelin banget sih”

“hahahaha j-jangan culik ajel om ajel makannya banyak” ledek Hilmy.

“kak hilmy mending pergi aja deh, ajel kesel sama kakak”

“beneran nih? emang berani di rumah sendirian? ntar ada om penculik terus ajel diculik terus ajel gak dikasih makan” ucap Hilmy menakut-nakutinya.

“kak hilmy kebiasaan deh suka nakut-nakutin ajel”

“gue gak nakut-nakutin lo, anak kecil kayak lo emang biasanya sering diculik”

“ajel gak mau diculik”

“ajel pasti diculik, soalnya ajel nakal”

“ajel enggak nakal”

“ajel nakal” ucapan Hilmy membuat Hazel menangis kencang.

“huaaaa ajel enggak nakal, ajel anak baik”

“lah kok nangis? eh jangan nangis dong”

“ajel enggak nakal kak hilmy, ajel anak baik”

Hilmy naik ke atas ranjang, ia mendekap tubuh Hazel. “iya iya ajel enggak nakal”

“tadi kak hilmy bilang ajel nakal”

“nakal kalo ajel gak dengerin hilmy”

“berarti kak hilmy gak akan bilang ajel nakal lagi kalo ajel nurut sama kak hilmy?” tanya Hazel, Hilmy mengangguk sebagai jawaban.

“kalo ada yang jahatin ajel, bilang ke hilmy ya? tapi sebelumnya ajel harus lawan dulu jangan diem aja kayak tadi. kalo ajel disiram, ajel harus siram balik ya?”

“gak mau, nanti ajel dosa”

Hilmy mengelus surai hitam yang sedikit kecoklatan milik Hazel, pria mungil ini bukan hanya polos namun ia juga berhati baik.

Kedua manik mata mereka bertemu, saling bertatapan satu sama lain. Terlihat dari sorot mata Hazel kalau ia saat ini sedang merindukan sosok Hilmy, kekasihnya di alastrine.

Berbeda dengan Hilmy, sorot matanya terlihat sedang mengagumi betapa indahnya paras pria mungil di hadapannya ini.

“kak hilmy, ngantuk” ucap Hazel sembari mengerjap-ngerjapkan matanya.

Hilmy terkekeh pelan melihat betapa gemasnya Hazel saat ini.

“bobo ya, hilmy temenin”

Hilmy mengulurkan tangan kirinya untuk dijadikan bantal, Hazel dengan senang hati menyenderkan kepalanya pada lengan kiri Hilmy.

Hilmy menatap Hazel yang sedikit demi sedikit sudah mulai menutup matanya, tangan kanannya tak henti-hentinya mengelus surai lembut milik Hazel.

Tak lama setelah Hazel tertidur, Hilmy pun ikut memejamkan matanya.

Malam itu, mereka berdua tidur bersama dengan memeluk satu sama lain.

nemenin tidur


Hilmy tidak pergi untuk menemani Sheren, ia lebih memilih untuk menemani Hazel.

Chat dari Sheren pun ia abaikan, terlalu malas untuk berdebat. Nanti juga wanita itu akan luluh lagi padanya jika diberikan hadiah.

tok tok tok

“hazel?”

Tidak ada jawaban, Hilmy berpikir Hazel sudah tertidur tapi ia tetap membuka pintu kamar itu dengan pelan.

Gelap.

Kamar Hazel benar-benar gelap, anak itu tidak menyalakan senter di ponselnya.

Hilmy mengarahkan senternya pada ranjang, disana ia melihat gundukan selimut yang diyakini isinya adalah Hazel.

Suatu ide jahil muncul di kepala Hilmy, ia berjalan mengendap seolah-olah ia adalah penjahat.

Hilmy terkekeh pelan saat melihat gundukan selimut itu bergerak kecil, sepertinya Hazel sedang ketakutan di dalam sana.

Dengan jahil, Hilmy mengetuk-ngetuk meja yang terletak di sebelah ranjang milik Hazel.

“j-jangan culik ajel om, ajel makannya banyak” ucap Hazel dari dalam selimut, Hilmy tidak bisa menahan tawanya.

“culik anak lain aja om, ajel pasti ngerepotin nanti kalo udah diculik”

“hazel”

“eh?” Hazel sangat mengenali suara itu, ia langsung menyembulkan kepalanya sedikit untuk melihat apakah benar itu Hilmy atau bukan.

Ternyata benar, Hazel melihat Hilmy sudah berdiri di samping ranjangnya, pria tinggi itu juga sedang menertawakan dirinya.

“kak hilmyyy, gak lucu”

“hahahaha lucu banget reaksi lo”

“nyebelin banget sih”

“hahahaha j-jangan culik ajel om ajel makannya banyak” ledek Hilmy.

“kak hilmy mending pergi aja deh, ajel kesel sama kakak”

“beneran nih? emang berani di rumah sendirian? ntar ada om penculik terus ajel diculik terus ajel gak dikasih makan” ucap Hilmy menakut-nakutinya.

“kak hilmy kebiasaan deh suka nakut-nakutin ajel”

“gue gak nakut-nakutin lo, anak kecil kayak lo emang biasanya sering diculik”

“ajel gak mau diculik”

“ajel pasti diculik, soalnya ajel nakal”

“ajel enggak nakal”

“ajel nakal” ucapan Hilmy membuat Hazel menangis kencang.

“huaaaa ajel enggak nakal, ajel anak baik”

“lah kok nangis? eh jangan nangis dong”

“ajel enggak nakal kak hilmy, ajel anak baik”

Hilmy naik ke atas ranjang, ia mendekap tubuh Hazel. “iya iya ajel enggak nakal”

“tadi kak hilmy bilang ajel nakal”

“nakal kalo ajel gak dengerin hilmy”

“berarti kak hilmy gak akan bilang ajel nakal lagi kalo ajel nurut sama kak hilmy?” tanya Hazel, Hilmy mengangguk sebagai jawaban.

“kalo ada yang jahatin ajel, bilang ke hilmy ya? tapi sebelumnya ajel harus lawan dulu jangan diem aja kayak tadi. kalo ajel disiram, ajel harus siram balik ya?”

“gak mau, nanti ajel dosa”

Hilmy mengelus surai hitam yang sedikit kecoklatan milik Hazel, pria mungil ini bukan hanya polos namun ia juga berhati baik.

Kedua manik mata mereka bertemu, saling bertatapan satu sama lain. Terlihat dari sorot mata Hazel kalau ia saat ini sedang merindukan sosok Hilmy, kekasihnya di alastrine.

Berbeda dengan Hilmy, sorot matanya terlihat sedang mengagumi betapa indahnya paras pria mungil di hadapannya ini.

“kak hilmy, ngantuk” ucap Hazel sembari mengerjap-ngerjapkan matanya.

Hilmy terkekeh pelan melihat betapa gemasnya Hazel saat ini.

“bobo ya, hilmy temenin”

Hilmy mengulurkan tangan kirinya untuk dijadikan bantal, Hazel dengan senang hati menyenderkan kepalanya pada lengan kiri Hilmy.

Hilmy menatap Hazel yang sedikit demi sedikit sudah mulai menutup matanya, tangan kanannya tak henti-hentinya mengelus surai lembut milik Hazel.

Tak lama setelah Hazel tertidur, Hilmy pun ikut memejamkan matanya.

Malam itu, mereka berdua tidur bersama dengan memeluk satu sama lain.

nemenin tidur


Hilmy tidak pergi untuk menemani Sheren, ia lebih memilih untuk menemani Hazel.

Chat dari Sheren pun ia abaikan, terlalu malas untuk berdebat. Nanti juga wanita itu akan luluh lagi padanya jika diberikan hadiah.

tok tok tok

“hazel?”

Tidak ada jawaban, Hilmy berpikir Hazel sudah tertidur tapi ia tetap membuka pintu kamar itu dengan pelan.

Gelap.

Kamar Hazel benar-benar gelap, anak itu tidak menyalakan senter di ponselnya.

Hilmy mengarahkan senternya pada ranjang, disana ia melihat gundukan selimut yang diyakini isinya adalah Hazel.

Suatu ide jahil muncul di kepala Hilmy, ia berjalan mengendap seolah-olah ia adalah penjahat.

Hilmy terkekeh pelan saat melihat gundukan selimut itu bergerak kecil, sepertinya Hazel sedang ketakutan di dalam sana.

Dengan jahil, Hilmy mengetuk-ngetuk meja yang terletak di sebelah ranjang milik Hazel.

“j-jangan culik ajel om, ajel makannya banyak” ucap Hazel dari dalam selimut, Hilmy tidak bisa menahan tawanya.

“culik anak lain aja om, ajel pasti ngerepotin nanti kalo udah diculik”

“hazel”

“eh?” Hazel sangat mengenali suara itu, ia langsung menyembulkan kepalanya sedikit untuk melihat apakah benar itu Hilmy atau bukan.

Ternyata benar, Hazel melihat Hilmy sudah berdiri di samping ranjangnya, pria tinggi itu juga sedang menertawakan dirinya.

“kak hilmyyy, gak lucu”

“hahahaha lucu banget reaksi lo”

“nyebelin banget sih”

“hahahaha j-jangan culik ajel om ajel makannya banyak” ledek Hilmy.

“kak hilmy mending pergi aja deh, ajel kesel sama kakak”

“beneran nih? emang berani di rumah sendirian? ntar ada om penculik terus ajel diculik terus ajel gak dikasih makan” ucap Hilmy menakut-nakutinya.

“kak hilmy kebiasaan deh suka nakut-nakutin ajel”

“gue gak nakut-nakutin lo, anak kecil kayak lo emang biasanya sering diculik”

“ajel gak mau diculik”

“ajel pasti diculik, soalnya ajel nakal”

“ajel enggak nakal”

“ajel nakal” ucapan Hilmy membuat Hazel menangis kencang.

“huaaaa ajel enggak nakal, ajel anak baik”

“lah kok nangis? eh jangan nangis dong”

“ajel enggak nakal kak hilmy, ajel anak baik”

Hilmy naik ke atas ranjang, ia mendekap tubuh Hazel. “iya iya ajel enggak nakal”

“tadi kak hilmy bilang ajel nakal”

“nakal kalo ajel gak dengerin hilmy”

“berarti kak hilmy gak akan bilang ajel nakal lagi kalo ajel nurut sama kak hilmy?” tanya Hazel, Hilmy mengangguk sebagai jawaban.

“kalo ada yang jahatin ajel, bilang ke hilmy ya? tapi sebelumnya ajel harus lawan dulu jangan diem aja kayak tadi. kalo ajel disiram, ajel harus siram balik ya?”

“gak mau, nanti ajel dosa”

Hilmy mengelus surai hitam yang sedikit kecoklatan milik Hazel, pria mungil ini bukan hanya polos namun ia juga berhati baik.

Kedua manik mata mereka bertemu, saling bertatapan satu sama lain. Terlihat dari sorot mata Hazel kalau ia saat ini sedang merindukan sosok Hilmy, kekasihnya di alastrine.

Berbeda dengan Hilmy, sorot matanya terlihat sedang mengagumi betapa indahnya paras pria mungil di hadapannya ini.

“kak hilmy, ngantuk” ucap Hazel sembari mengerjap-ngerjapkan matanya.

Hilmy terkekeh pelan melihat betapa gemasnya Hazel saat ini.

“bobo ya, hilmy temenin”

Hilmy mengulurkan tangan kirinya untuk dijadikan bantal, Hazel dengan senang hati menyenderkan kepalanya pada lengan kiri Hilmy.

Hilmy menatap Hazel yang sedikit demi sedikit sudah mulai menutup matanya, tangan kanannya tak henti-hentinya mengelus surai lembut milik Hazel.

Tak lama setelah Hazel tertidur, Hilmy pun ikut memejamkan matanya.

Malam itu, mereka berdua tidur bersama dengan memeluk satu sama lain.

sifat asli


Jelio fokus pada bukunya sampai ia tak sadar jika ada seseorang di belakangnya.

“aduh, eh maaf ya” ucap Jelio saat tak sengaja menginjak kaki seseorang yang berdiri di belakangnya itu.

“gapapa, salahku juga berdiri di belakang kamu”

“eh salah aku kok, gak seharusnya aku berdiri disini. kamu mau ambil buku di rak depan aku ya? maaf ya ngehalangin”

Pria yang terlihat lebih tinggi darinya itu terkekeh. “gapapa santai aja”

“by the way, Narendra” ucapnya sembari mengulurkan tangannya.

“eh? Jelio” dengan ragu Jelio menjabat tangan pria yang bernama Narendra itu.

“kamu pacarnya Segara ya?”

“udah bukan hehe”

“loh putus? sayang banget, masa orang semanis kamu dilepasin sih”

Jelio tersenyum canggung, ucapan pria tinggi di hadapannya ini sangat berbahaya jika didengar oleh Sekala.

Jelio berharap Sekala belum datang, namun ia salah. Sedaritadi Sekala sudah berada disana dengan tatapan tajamnya.

Melihat semua yang dilakukan oleh Jelio dan Narendra.


Jelio dibuat panik saat Sekala mendorongnya masuk ke dalam mobil.

“kala?”

Sekala tetap diam, ia perlahan mendekat ke arah Jelio yang terlihat sedikit ketakutan.

“kala, aku minta maaf. aku gak ada apa-apa sama orang tadi, aku gak sengaja nginjek kakinya terus dia ngajak aku kenalan”

Sekala tetap tidak menjawab, ia malah menangkup pipi Jelio.

Tangannya mengelus pipi gembul Jelio yang mana membuat pemuda mungil itu melongo.

Usapan Sekala pada pipinya begitu lembut, ibu jari Sekala mengusap belah bibir Jelio pelan.

Mata Jelio tak lepas dari Sekala, wajahnya terlihat tenang tidak seemosi tadi saat sedang menyetir.

Apakah Sekala sudah melupakan amarahnya dan bersikap manis lagi padanya?

plak!

Dalam hitungan detik wajah Jelio menoleh ke kanan, pipinya panas. Tamparan yang Sekala berikan langsung membekas di pipinya.

“sekala?!”

Sekala meraih tangan Jelio untuk ia genggam. “aku udah pernah bilang, tangan ini gak boleh ada yang sentuh. kamu lupa hm?”

“dia cuma minta kenalan aja kala, itu wajar kok”

Sekala terus-terusan menciumi punggung tangan Jelio.

“lepasin kala, aku mau pulang”

Bukannya melepaskan, Sekala malah semakin mengeratkan genggamannya.

“sekala, sakit!”

Sekala tidak peduli, tangannya terangkat untuk mengelus pipi Jelio lagi.

Mendekatkan wajahnya pada telinga kanan Jelio.

Dapat dirasakan nafas hangat pria tinggi itu menerpa telinganya, Jelio menutup matanya karena ia sudah sangat ketakutan.

“satu tamparan tadi harusnya bikin kamu sadar kalo kamu itu cuma milik aku, gak boleh ada yang sentuh kamu selain aku” bisik Sekala di telinga kanannya.

“kalo kamu masih deket-deket sama cowok lain, aku pastiin bukan tamparan aja yang kamu dapet. tapi hal lain lagi yang bisa bikin kamu menyesal karena gak dengerin perkataan aku. ngerti sayang?”

berakhir


Jelio menatap pintu cafe di hadapannya, sudah 10 menit ia berdiri disana.

Jantungnya berdetak kencang, takut untuk bertemu dengan Segara. Namun ia tak bisa terus-terusan berdiri disitu, Jelio menghela nafas dan masuk ke dalam cafe dengan tenang.

Disana Jelio langsung menemukan Segara, duduk sendirian dengan satu gelas americano dan satu gelas matcha latte di atas mejanya.

Perlahan Jelio mendekat. “ega”

“hey, duduk”

“ega, aku mau ngomong sesuatu” Segara tersenyum mendengar ucapan pria mungil di hadapannya. “aku juga”

“yaudah kalo gitu ega duluan aja”

“jelio aja”

“gapapa ega duluan aja”

“ega masih mikir, sok jelio duluan aja weh”

Jelio memainkan jari-jarinya di atas meja, ia juga menggigit bibirnya hanya untuk menahan air matanya agar tidak keluar.

“ega maaf, aku sama sekala udah jahat sama kamu. aku sama sekala diem-diem ada hubungan di belakang kamu, aku minta maaf” ucap Jelio sembari menunduk.

Segara tersenyum, ia sangat mengapresiasi keberanian Jelio untuk mengakui semua kesalahannya.

“ega tau kok” Jelio mendongak, ia sedikit kaget dengan ucapan Segara yang baru saja dilontarkan. Ternyata Segara benar-benar tahu hubungan gelapnya dengan Sekala.

“tapi ega gak bisa marah”

“kenapa? ega harus marah, jelio udah jahat sama ega”

“jelio emang jahat, tapi ega bersyukur jelio mau jujur. ega pikir jelio bakal terus-terusan sembunyiin hubungan kalian, ternyata enggak, ega jadi lega karena ega pikir jelio bakal terus nyakitin ega sama hubungan gelap kalian”

“maaf, ega”

“gapapa, ega juga minta maaf karena udah libatin jelio ke dalem masalah keluarganya ega. ega pikir kala mau rebut jelio itu karena kala mau balas dendam, ternyata kala beneran tulus sayang sama jelio”

Jelio mengetuk-ngetukan jarinya dengan keras pada meja, Segara yang tidak ingin melihat Jelio terus-terusan menyakiti dirinya sendiri langsung menarik kedua tangan si mungil untuk ia genggam.

“jelio, sekarang ega bakal lepasin jelio buat kala. ega ngalah. ega tau udah gak ada lagi ega di hati jelio, di hati jelio sekarang cuma ada kala”

Jelio tidak bisa menahan air matanya lagi, ia menangis di hadapan Segara.

“maaf kalo selama ini ega belum bisa jadi pacar yang baik buat jelio”

Jelio menggeleng ribut. “enggak, ega pacar yang baik banget. makasih udah mau jadi pacar jelio, jelio seneng bisa jadi pacarnya ega. ega lucu, ega selalu ngehibur jelio dengan tingkah lucunya ega”

“makasih juga jelio udah mau jadi pacarnya ega yang kata orang ega itu freak”

“ega enggak freak, ega lucu. ega punya cara sendiri buat ngehibur orang, jangan berubah ya ega. tetep jadi ega yang jelio kenal”

“jadi sekarang kita resmi putus?” tanya Segara, Jelio diam. Rasanya sangat sakit jika mereka harus terpisah.

“jelio, jangan sombong sama ega ya? kamu masih bisa jadi kodomo alias temen baikku”

Jelio terkekeh mendengar kalimat Segara. “ega juga jangan sombong ya”

Segara mengangguk, tangan kanannya ia pakai untuk mengelus pipi Jelio. Mengusapnya dengan lembut hanya sekedar untuk menenangkan mantan kekasihnya itu agar tidak menangis lagi.

Kedua manik mata mereka bertemu, terlalu terhanyut dalam suasana. Mereka sampai tidak menyadari kehadiran seseorang disana sedang bersandar di samping pintu cafe.

Sekala tidak mendengar percakapan mereka dari awal, intinya sangat terlihat jelas dari raut wajahnya kalau ia sedang dipenuhi oleh amarah yang memuncak.