berakhir


Jelio menatap pintu cafe di hadapannya, sudah 10 menit ia berdiri disana.

Jantungnya berdetak kencang, takut untuk bertemu dengan Segara. Namun ia tak bisa terus-terusan berdiri disitu, Jelio menghela nafas dan masuk ke dalam cafe dengan tenang.

Disana Jelio langsung menemukan Segara, duduk sendirian dengan satu gelas americano dan satu gelas matcha latte di atas mejanya.

Perlahan Jelio mendekat. “ega”

“hey, duduk”

“ega, aku mau ngomong sesuatu” Segara tersenyum mendengar ucapan pria mungil di hadapannya. “aku juga”

“yaudah kalo gitu ega duluan aja”

“jelio aja”

“gapapa ega duluan aja”

“ega masih mikir, sok jelio duluan aja weh”

Jelio memainkan jari-jarinya di atas meja, ia juga menggigit bibirnya hanya untuk menahan air matanya agar tidak keluar.

“ega maaf, aku sama sekala udah jahat sama kamu. aku sama sekala diem-diem ada hubungan di belakang kamu, aku minta maaf” ucap Jelio sembari menunduk.

Segara tersenyum, ia sangat mengapresiasi keberanian Jelio untuk mengakui semua kesalahannya.

“ega tau kok” Jelio mendongak, ia sedikit kaget dengan ucapan Segara yang baru saja dilontarkan. Ternyata Segara benar-benar tahu hubungan gelapnya dengan Sekala.

“tapi ega gak bisa marah”

“kenapa? ega harus marah, jelio udah jahat sama ega”

“jelio emang jahat, tapi ega bersyukur jelio mau jujur. ega pikir jelio bakal terus-terusan sembunyiin hubungan kalian, ternyata enggak, ega jadi lega karena ega pikir jelio bakal terus nyakitin ega sama hubungan gelap kalian”

“maaf, ega”

“gapapa, ega juga minta maaf karena udah libatin jelio ke dalem masalah keluarganya ega. ega pikir kala mau rebut jelio itu karena kala mau balas dendam, ternyata kala beneran tulus sayang sama jelio”

Jelio mengetuk-ngetukan jarinya dengan keras pada meja, Segara yang tidak ingin melihat Jelio terus-terusan menyakiti dirinya sendiri langsung menarik kedua tangan si mungil untuk ia genggam.

“jelio, sekarang ega bakal lepasin jelio buat kala. ega ngalah. ega tau udah gak ada lagi ega di hati jelio, di hati jelio sekarang cuma ada kala”

Jelio tidak bisa menahan air matanya lagi, ia menangis di hadapan Segara.

“maaf kalo selama ini ega belum bisa jadi pacar yang baik buat jelio”

Jelio menggeleng ribut. “enggak, ega pacar yang baik banget. makasih udah mau jadi pacar jelio, jelio seneng bisa jadi pacarnya ega. ega lucu, ega selalu ngehibur jelio dengan tingkah lucunya ega”

“makasih juga jelio udah mau jadi pacarnya ega yang kata orang ega itu freak”

“ega enggak freak, ega lucu. ega punya cara sendiri buat ngehibur orang, jangan berubah ya ega. tetep jadi ega yang jelio kenal”

“jadi sekarang kita resmi putus?” tanya Segara, Jelio diam. Rasanya sangat sakit jika mereka harus terpisah.

“jelio, jangan sombong sama ega ya? kamu masih bisa jadi kodomo alias temen baikku”

Jelio terkekeh mendengar kalimat Segara. “ega juga jangan sombong ya”

Segara mengangguk, tangan kanannya ia pakai untuk mengelus pipi Jelio. Mengusapnya dengan lembut hanya sekedar untuk menenangkan mantan kekasihnya itu agar tidak menangis lagi.

Kedua manik mata mereka bertemu, terlalu terhanyut dalam suasana. Mereka sampai tidak menyadari kehadiran seseorang disana sedang bersandar di samping pintu cafe.

Sekala tidak mendengar percakapan mereka dari awal, intinya sangat terlihat jelas dari raut wajahnya kalau ia sedang dipenuhi oleh amarah yang memuncak.