sendirian
Selama mengerjakan tugasnya, tidak ada yang berbeda dari Satria.
Cara bicaranya seperti biasa, tidak ketus atau membentak Hazel.
Apakah Satria sudah menyadari kalau Hazel tidak bersalah?
“udah beres zel, ayo pulang”
“ayo, keburu malem juga sampe rumahnya”
“maaf ya ngajaknya ke cafe yang jauh, soalnya disini bisa wi-fi” ucap Satria.
“iya gapapa, seenggakanya tugas kita udah beres”
“yaudah ayo pulang”
Tidak ada obrolan di sepanjang perjalanan mereka, hanya ada suara kendaraan yang berlalu lalang di sisi kanan dan kiri mereka.
Hazel sedikit segan untuk mengajak ngobrol Satria di atas motor, takut mengganggu konsentrasinya.
Selang beberapa waktu, Satria menghentikan motornya di jalanan sepi.
Hazel mengernyit bingung. “kenapa? kok berhenti?”
“kayaknya motorku mogok deh”
“hah kok bisa?”
“gak tau”
Hazel menengok ke kanan dan ke kiri, niatnya untuk mencari bantuan pada orang yang lewat. Namun tak ada kendaraan yang lewat satupun.
“hazel tunggu disini dulu ya? satria mau dorong motor ke depan, seinget satria di depan ada bengkel”
“hazel ikut”
“hazel disini aja, satria cuma sebentar kok ntar balik lagi”
Hazel sedikit ragu, tempatnya sepi sekali. Ia takut akan ada orang jahat datang.
“cuma sebentar kok, nanti satria langsung lari kesini lagi nyamperin hazel”
“hazel boleh minjem hp satria gak? hazel mau kabarin kak hilmy”
“ngapain?”
“siapa tau kak hilmy lagi di sekitar sini terus bisa bantu motor satria”
“gak usah, satria ke bengkel aja. lagian hp satria juga mati tadi abis batre”
“emm gitu ya”
“hazel tunggu sebentar ya” ucap Satria, mau tak mau Hazel mengangguk pasrah.
Satria mendorong motornya, Hazel terus memperhatikan punggung Satria yang semakin lama semakin jauh.
Dirasa sudah tak terlihat lagi oleh Hazel, Satria mulai menyalakan motornya dan meninggalkan Hazel sendirian di jalanan sepi itu.