sifat asli
Jelio fokus pada bukunya sampai ia tak sadar jika ada seseorang di belakangnya.
“aduh, eh maaf ya” ucap Jelio saat tak sengaja menginjak kaki seseorang yang berdiri di belakangnya itu.
“gapapa, salahku juga berdiri di belakang kamu”
“eh salah aku kok, gak seharusnya aku berdiri disini. kamu mau ambil buku di rak depan aku ya? maaf ya ngehalangin”
Pria yang terlihat lebih tinggi darinya itu terkekeh. “gapapa santai aja”
“by the way, Narendra” ucapnya sembari mengulurkan tangannya.
“eh? Jelio” dengan ragu Jelio menjabat tangan pria yang bernama Narendra itu.
“kamu pacarnya Segara ya?”
“udah bukan hehe”
“loh putus? sayang banget, masa orang semanis kamu dilepasin sih”
Jelio tersenyum canggung, ucapan pria tinggi di hadapannya ini sangat berbahaya jika didengar oleh Sekala.
Jelio berharap Sekala belum datang, namun ia salah. Sedaritadi Sekala sudah berada disana dengan tatapan tajamnya.
Melihat semua yang dilakukan oleh Jelio dan Narendra.
Jelio dibuat panik saat Sekala mendorongnya masuk ke dalam mobil.
“kala?”
Sekala tetap diam, ia perlahan mendekat ke arah Jelio yang terlihat sedikit ketakutan.
“kala, aku minta maaf. aku gak ada apa-apa sama orang tadi, aku gak sengaja nginjek kakinya terus dia ngajak aku kenalan”
Sekala tetap tidak menjawab, ia malah menangkup pipi Jelio.
Tangannya mengelus pipi gembul Jelio yang mana membuat pemuda mungil itu melongo.
Usapan Sekala pada pipinya begitu lembut, ibu jari Sekala mengusap belah bibir Jelio pelan.
Mata Jelio tak lepas dari Sekala, wajahnya terlihat tenang tidak seemosi tadi saat sedang menyetir.
Apakah Sekala sudah melupakan amarahnya dan bersikap manis lagi padanya?
plak!
Dalam hitungan detik wajah Jelio menoleh ke kanan, pipinya panas. Tamparan yang Sekala berikan langsung membekas di pipinya.
“sekala?!”
Sekala meraih tangan Jelio untuk ia genggam. “aku udah pernah bilang, tangan ini gak boleh ada yang sentuh. kamu lupa hm?”
“dia cuma minta kenalan aja kala, itu wajar kok”
Sekala terus-terusan menciumi punggung tangan Jelio.
“lepasin kala, aku mau pulang”
Bukannya melepaskan, Sekala malah semakin mengeratkan genggamannya.
“sekala, sakit!”
Sekala tidak peduli, tangannya terangkat untuk mengelus pipi Jelio lagi.
Mendekatkan wajahnya pada telinga kanan Jelio.
Dapat dirasakan nafas hangat pria tinggi itu menerpa telinganya, Jelio menutup matanya karena ia sudah sangat ketakutan.
“satu tamparan tadi harusnya bikin kamu sadar kalo kamu itu cuma milik aku, gak boleh ada yang sentuh kamu selain aku” bisik Sekala di telinga kanannya.
“kalo kamu masih deket-deket sama cowok lain, aku pastiin bukan tamparan aja yang kamu dapet. tapi hal lain lagi yang bisa bikin kamu menyesal karena gak dengerin perkataan aku. ngerti sayang?”