Tak Terlihat.


Sekala dan Jelio kini tiba di kediaman milik keluarga Nafardhan. Terlambat 40 menit karena ulah Jelio yang bersikeras meminta Sekala untuk mampir ke sebuah toko, Jelio ingin membeli kado yang akan ia berikan pada calon adik iparnya nanti.

Jelio sedikit tidak suka melihat pemandangan di hadapannya. Hazelio yang terlihat sangat akrab dengan Zetta, membuatnya sedikit iri.

“loh, a kala!” Zetta berlari ke arah si surai hitam dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajahnya.

“udah akrab aja nih keliatannya sama ajel” ujar Sekala.

“iya dong, kak ajel lucu banget terus nyambung lagi sama adek” ucapan Zetta terputus saat melihat sosok Jelio di belakang punggung Sekala. “itu siapa a? kak ajel kok ada dua?”

Dengan percaya diri, Jelio mengulurkan tangannya kepada Zetta. “hallo, namaku Jelio. Kamu Dewi kan?”

“aku Zetta!”

“ohiya Zetta, selamat ulang tahun ya. ini kakak bawain kado”

“waaa makasih ya kak je, baik banget deh. pacarnya a kala ya?”

iya!” “bukan!” ucap keduanya berbarengan membuat Zetta bingung.

“jadi pacarnya apa bukan?”

“bukan dek, lo ngapain masih disini? pulang sana” usir Sekala pada Jelio.

“tega banget kamu ngusir aku”

“kok diusir sih kak jejenya, ayo kak main sama zetta sama kak ajel juga” ajak Zetta. Jelio merasa menang, ia lalu menjulurkan lidahnya ke arah Sekala berniat untuk meledek si tinggi.

“kak jeje sama kak ajel dulu ya, zetta mau ambilin coklat panas dulu”

Zetta meninggalkan keduanya dalam keadaan hening. Saat Jelio datang, ia tak melihat keberadaan Segara dan ayahnya. Mungkin sedang di toilet?

“jelio kok baru nyampe?” tanya Hazelio, namun Jelio tak menjawabnya. Ia memilih untuk pura-pura tidak mendengar dengan berpura-pura memainkan ponselnya.

“jelio ken-”

“eh ada siapa lagi ini?” Kedatangan Cakra membuat nafas Jelio merasa lega, ia sedikit tak suka berduaan dengan Hazelio karena moodnya sedang tidak baik.

“hallo om, kenalin aku Jelio”

“oooh jadi ini yang namanya Jelio, yang nasehatin saya waktu itu”

“hehe iya, maaf ya om”

“gapapa. omongan kamu waktu itu bener kok, saya juga jadi sadar kalo selama ini saya terlalu pilih kasih. eh iya maaf ya kalo acaranya kurang meriah, soalnya ini mah cuma syukuran kecil kecilan aja bukan pesta besar besaran kayak orang lain”

“gapapa kok om, aku mah diajak kesini sama sekala aja udah seneng”

“cie udah akur aja nih ayah sama Jelio” ujar Segara yang baru datang dari toilet.

“udah kenal ayah mah sama Jelio, kan waktu itu telfonan ya”

“hehe iya om”

“sekala mana?”

“tadi sih dia masuk ke kamarnya om, kayaknya ganti baju”

“apa?” tanya Sekala yang tiba-tiba sudah berada di belakang punggung ayahnya.

“heh! bikin kaget aja”

“maaf ayah, kenapa nyariin?”

“ini atuh ajak ngobrol jelionya, dia teh kesini kan mau mengenal kamu lebih jauh. iya gak jelio?”

“eh? enggak kok om”

“ah gak usah malu-malu gitu”

Hazelio merasa sedikit iri, om Cakra terlihat lebih akrab dengan Jelio dibandingkan dengannya. Namun Hazelio juga merasa senang karena saudara kembarnya itu cepat sekali beradaptasi.

“permisi permisi coklat panas” ucap Zetta dengan membawa satu gelas coklat panas di tangannya yang akan ia berikan pada Jelio. Namun sial, kakinya tersandung kaki meja. Membuat coklat panas yang berada di tangannya tumpah mengenai Hazel dan Jelio.

AJEL!” “KAK AJEL!

Jelio melihat si kembar dan juga Zetta berlari mendatangi Hazelio, melihat kondisi lengan Hazelio yang memerah karena tersiram coklat panas. Keadaannya pun tak jauh beda, lengan Jelio juga sedikit memerah sama seperti Hazelio, hanya sedikit sih. Namun lihat, tidak ada yang berlari ke arahnya hanya sekedar untuk melihat kondisinya.

“jelio astaga, sini tangannya om obatin dulu”

“gak usah om, jelio gapapa kok”

“tapi tanganmu itu merah, melepuh nanti kalo gak diobatin”

“ini cuma sedikit kok om, ajel lebih parah. mending om bantu yang lain aja ngobatin ajel. jelio mah gampang, nanti bisa obatin sendiri aja di rumah”

Setelah itu Jelio pamit pulang, bahkan saat Jelio pamit. Tak ada yang meresponnya, hanya om Cakra saja. Padahal ia berharap Sekala akan menyadari keberadaannya dan mengantarnya pulang. Namun ternyata salah, sejak awal Sekala tak menyimpan perhatian apapun padanya. Lalu apa lagi yang Jelio harapkan?