Jefan jalan tergesa-gesa untuk menemui Rigel, ia takut ibunya akan mencarinya jika terlalu lama berada di luar.
Lelaki mungil itu masuk ke dalam mobil Rigel, disana ia melihat Rigel sedang memejamkan matanya.
“kak rigel kalo bobo harusnya dikunci aja pintu mobilnya, ntar kalo ada orang jahat masuk gimana?”
“aku sengaja gak kunci pintunya biar kamu bisa langsung masuk”
“kalo tadi bukan aku yang masuk gimana kak? malah orang jahat yang masuk terus apa-apain kakak?”
Rigel tidak menjawab, ia bangkit dan menarik Jefan untuk masuk ke dalam pelukannya.
Jefan mengerti, Rigel saat ini sedang merasa lelah. Maka dari itu ia mengelus lembut punggung Rigel guna menenangkannya.
“kak rigel kenapa?”
“kangen papah”
“o-oh gitu ya”
“maaf ya aku tiba-tiba peluk kamu gini, aku gak maksud buat miripin kamu-”
“gapapa kak, aku ngerti kok. peluk aku sepuasnya kak” ucap Jefan tak membiarkan Rigel untuk meneruskan ucapannya.
Rigel menyamankan pelukannya, ia bersyukur bisa bertemu dengan anak baik seperti Jefan.
tok tok tok.
Dua-duanya terkejut saat pintu mobil diketuk keras.
Jefan terkejut lagi saat tau siapa oknum yang mengetuk pintu mobil Rigel, Mamanya.
Naura terlihat sangat marah.
Dengan tenang, Rigel membuka pintu mobil. Sekedar untuk menemui Naura di luar sana dan bicara baik-baik.
Namun Jefan menahan tangannya “jangan kak”
Rigel tersenyum “gapapa sayang, gak baik kalo kita terus-terusan sembunyiin hubungan kita. cepat atau lambat mama kamu bakal tau”
“takut kak”
“jefan, mama kamu baik kan?” tanya Rigel, Jefan mengangguk.
“kalo gitu ayo keluar, jangan takut. kita omongin baik-baik”
Dengan berat hati Jefan keluar dari mobil untuk menemui mamanya.
“bu naura-”
plak.
Dalam hitungan detik wajah Rigel menoleh ke kanan, pipinya panas. Tamparan yang Naura berikan ternyata cukup keras.
“berani sekali kamu deketin anak saya!”
“ma”
“jangan dekati anak saya, anak saya anak yang baik. jangan kamu sakiti dia”
“saya gak sakiti anak ibu, saya sayang sama jefan bu”
“bullshit, kamu sama saja dengan ayah kamu. omong kosong”
“ayah saya memang bersalah, tapi jangan samakan saya dengan dia bu”
“ayah kamu brengsek, kamu pasti sama saja seperti ayah kamu”
Rigel mengepalkan tangannya, ayahnya memang brengsek namun ia tidak begitu.
“ma udah ma”
“diem jefan, kalian pacaran kan?”
Jefan terdiam, ia terlalu takut untuk menjawab.
“jawab jefan!”
“i-iya ma”
“kalo gitu putusin dia sekarang juga”
Jefan mendongak, ia menggeleng keras.
“gak mau ma, aku sayang sama kak rigel”
“suatu saat nanti kamu bakal nyesel ngomong kayak gini jefan, dia itu sama kayak ayahnya. tukang selingkuh, pengkhianat”
“ma!”
“apa jefan?! kamu mau jadi anak durhaka iya? bela anak tukang selingkuh kayak si karel?!”
“kak rigel orang baik ma, dia gak kayak ayahnya”
“kamu udah dibutain sama dia ya, buka mata kamu jefan. dia itu jahat kayak ayahnya” ucap Naura sembari menunjuk wajah Rigel.
“enggak ma! kak rigel itu laki-laki yang baik”
“pulang!” Naura menarik paksa tangan Jefan.
“gak mau ma”
“pulang jefan! mau jadi anak durhaka?!”
Jefan melirik Rigel, bahkan di saat seperti ini pria tinggi itu masih bisa tersenyum sembari mengangguk. Memberi isyarat agar Jefan mau pulang.
“pulang!”
Naura menarik Jefan menjauh dari sana, membawa anak semata wayangnya untuk pulang.
Rigel meneteskan air matanya saat melihat Jefan dan Naura sudah menghilang dari pandangannya.