official.
Elvano masuk perlahan ke dalam rumah Eksel, matanya melirik sekitar ntah mencari apa.
“maaf ya kalo rumahnya gak sebesar rumah kamu”
“enggak kok. rumahnya nyaman banget, wangi lagi”
“duduk dulu, mau aku bikinin minum”
Saat Eksel akan melangkah, Elvano menahan tangannya. “gak usah, duduk aja”
Eksel mengangguk, ia lantas mendudukan dirinya di samping Elvano.
“obat yang kamu bawa tadi, obat apa?”
“bukan obat apa-apa kok, cuma obat maag biasa”
“nanti aku ganti”
“gak usah, aku masih punya banyak”
“bohong”
“beneran, tadi aku ke sekolah cuma bawa 2 tablet doang. sisanya di kamar” ucap Eksel dengan jujur.
“harus aku apain si Haikal?” tanya Elvano dengan nada rendah.
“gak usah diapa-apain, Haikal udah dipukulin tadi sama Zidan di kelas”
Hening, tidak ada obrolan lagi disana. Dengan sangat tiba-tiba, Elvano mengulurkan tangannya, merapihkan rambut Eksel yang sedikit menutupi matanya.
“orang tua kamu pada kemana?”
“kerja”
“dua duanya?”
“iya”
“oh”
“kenapa emangnya?”
“gapapa pengen aja nanya kayak gitu”
Kedua manik mata mereka bertemu, Eksel berkedip pelan hingga Elvano bisa lihat bagaimana bulu mata lentik itu membingkai mata indahnya.
“cantik”
“huh?”
“acel cantik”
“acel kan laki-laki, acel ganteng tau. lebih ganteng dari el”
Elvano tersenyum mendengar ucapan Eksel barusan, seperti anak kecil.
Jantung Eksel berdetak kencang saat melihat senyum Elvano. Jika tersenyum wajah pria tinggi itu terlihat sangat tampan.
“acel”
“iya?”
“elvano sayang eksel”
Eksel terkejut, ia tidak menyangka jika Elvano benar-benar akan mengatakan itu di depan matanya.
Ia kira selama ini Elvano hanya berani mengungkapkan perasaannya lewat chat.
“maaf kalo selama ini aku sering bully kamu, aku sadar aku salah. aku sayang kamu dari pas pertama kali kamu masuk sekolah”
“tapi waktu pertama kali aku masuk sekolah, kamu sama temen-temen kamu itu pada lemparin aku pake sampah”
“maaf”
“maaf terus”
“aku suka sama kamu, aku sayang sama kamu. kalo acel gimana?”
Eksel bimbang. Sebenarnya ia juga menyukai Elvano, namun otaknya terus-terusan memutar kejadian saat Elvano membullynya.
“acel?”
“iya”
“iya apa?”
“acel juga suka sama elvano”
Elvano tak bisa menahan senyumannya, ia sangat senang karena Eksel membalas perasaannya.
“acel mau jadi pacar el?”
“tapi ada syaratnya”
“apa syaratnya?”
“jangan bully aku lagi”
“iya sayang”
“beneran?”
“iya, abis ini el bakal bilang ke temen-temen buat gak bully kamu lagi”
“makasih”
“jadi sekarang kita udah resmi jadi pacar?” tanya Elvano, Eksel mengangguk.
“boleh peluk gak?”
“gak boleh, sebentar lagi mamaku pulang”
“yaudah nanti aja peluknya pas di sekolah”
“heh?!”
Begitulah percakapan pertama mereka yang sudah menjadi sepasang kekasih.